Saturday, December 3, 2011

Foto by padangmedia.com
Makan Bajamba merupakan salah satu tradisi adat minangkabau dan dilaksanakan dalam sebuah upacara adat. Dimana semua tokoh masyarakat serta seluruh warga duduk bersama dan makan dari sebuah jamba (loyang/piring) yang besar juga secara bersama-sama. Acara adat inilah yang selalu diusung oleh Pemerintah Kota Sawahlunto guna merayakan Hari Jadi Kota Arang ini.

Pada tanggal 1 Desember 2011 ini, 'Makan bajamba' ini diikuti oleh Walikota Amran Nur, Wawako Erizal Effendi, pimpinan SKPD, Muspida, dan ninik mamak serta bundo kanduang dari 10 nagari yang ada di Kota Sawahlunto. Selain itu turut hadir juga beberapa petinggi yang datang ke Kota Sawahlunto untuk ikut makan bajamba. Antara lain Gubernur Sumatera Barat (Bpk. Irwan Prayitno) dan mantan Gubernur Sumatera Barat (Bpk. Azwar Anas). 

Dalam sebuah pernyataan Azwar Anas berkata "sewaktu saya masih jadi gubernur, saya sangat prihatin dengan kondisi Sawahlunto, terutama setelah habisnya deposit batu bara di bumi kota arang ini. Namun, keprihatinan dan kekawatiran saya jadi berubah, setelah saya dua kali mengunjungi kota ini. Keprihatinan saya berubah jadi kekaguman, dengan bangkitnya dan bergairahnya perekonomian kota Sawahlunto berkat seorang Amran Nur", pujinya. 

Wako Amran Nur dalam sambutannya mengatakan, kalau HUT Kota Sawahlunto ke 123 ini merupakan angka keramat. "Ibarat dalam olahraga, angka ini merupakan sebuah aba-aba untuk berlari. Sama dengan pembangunan kota, angka ini mengisyaratkan kita untuk segera berlari mencapai kemajuan disegala bidang", terang Amran.

Selamat Ulang Tahun Kota Sawahlunto.. Maju terus dan berlarilah mengejar impian..

Thursday, December 1, 2011

Foto by Tumpak (Padang Media)
 Hari ini, Kamis (1/12), Kota Sawahlunto genap berusia ke 123 tahun. Pada hari jadi ini, Ketua DPRD Kota Sawahlunto, Ali Yusuf meminta warga Sawahlunto untuk punya rasa memiliki, partisipasi serta tanggung jawab sebagai kecintaan kepada kota multi etnik tersebut.

Ali Yusuf menyatakan hal itu saat sidang paripurna istimewa dalam rangka Hari Jadi Kota (HJK) Sawahlunto ke 123 di Gedung dewan setempat, Kamis (01/12).

"Dengan rasa memiliki, tentunya kita semua mempunyai sikap dan tindakan yang bijak untuk merawat milik kita. Dari rasa memiliki pula akan timbul rasa tanggungjawab, yaitu tanggungjawab untuk membangun dan memeliharanya,” katanya pada paripurna yang juga dihadiri Walikota, Amran Nur, Wakil Walikota Erizal Ridwan, Setdako Zohirin Sayuti, para kepala daerah tetangga serta sejumlah tokoh masyarakat di kota maupun perantau.

Ali Yusuf menambahkan, dengan rasa tanggungjawab, akan muncul rasa partisipasi. Suatu sikap dan tindakan untuk turut serta berpartisipasi dalam hal yang diperlukan oleh Kota Sawahlunto dan masyarakatnya.

"Sesungguhnya rasa partisipasi ini adalah wujud pengabdian dan pengorbanan seseorang yang diberikan untuk kepentingan daerah dan masyarakat,” harapnya.

Pada hari jadi ke 123, Ali Yusuf juga menghimbau seluruh masyarakat untuk bersama membangun kota sesuai kemampuan masing-masing. Karena, kota itu sebelumnya juga berdiri karena kebersamaan, senasib dan sepenanggungan.

Ia juga mengucapkan terimakasih kepada para pemimpin dan warga kota sebelumnya. Hingga pada usianya sekarang, kota itu telah menunjukkan kedewasaan dan perkembangan di berbagai bidang.

Usai sidang paripurna, Ketua DPRD, Walikota dan para tamu undangan menuju jalan lingkar kota untuk mengikuti prosesi makan bajamba bersama seluruh lapisan masyarakat kota ini. (tumpak)


padangmedia.com - SAWAHLUNTO - Kesenian barongsai dari Himpunan Tjinta Teman (HTT) Padang dan Tabuik dari Paguyuban warga Pariaman Kota Sawahlunto ikut memeriahkan Hari Jadi Kota (HJK) Sawahlunto ke 123 yang digelar di ruas jalan kota itu. Penampilan kesenian tersebut sangat menghibur warga, Kamis (1/12).

Usai perhelatan makan bajamba, para undangan dan warga bersama Walikota Amran Nur, Wakil Walikota Erizal Ridwan dan Ketua DPRD menyaksikan dari dekat atraksi barongsai dari etnik Tionghua dan Tabuik rang Piaman itu.

Pengamatan padangmedia.com, pandangan penonton tertuju dan sesekali memberikan tepuk tangan terhadap atraksi kesenian tionghoa tersebut.

"Hoyak tabuik dan barongsai ini hiburan dan tontonan menarik. Kami sengaja datang untuk menyaksikan atraksi ini," kata warga Muara Kalaban, Yusnimar (39) kepada padangmedia.com.

Dia menambahkan, sayangnya cuaca kurang baik. Karena saat tengah nonton barongsai turun hujan gerimis.

"Tapi ini tak jadi masalah. Yang penting kita dapat nonton barongsai," ungkap ibu dua anak itu. (tumpak)

Asosiasi Homestay Sawahlunto dan 36 warga Terengganu Malaysia yang terdiri dari pelajar, belia, guru dan Asosiasi Home stay Teluk Ketapang hari ini mengikuti perhelatan makan bajamba pada 1 Desember 2011 di Kota Sawahlunto. Hal ini telah menjadi agenda tahunan dari asosiasi Homestay Teluk Ketapang yang mana pada tahun lalu juga membawa rombongan untuk ikut acara adat makan bajamba di kota Sawahlunto ini.

Pimpinan rombongan, Encik Mohd Azmi bin Abd Aziz menyatakan, ini momen baik saat peserta program Pertukaran Pelajar Antar Negeri (PPAN) sedang dikota ini, kali ini terdiri dari 36 pelajar, belia, guru dan rekan-rekan Asosiasi Home stay Teluk Ketapang berkesempatan ikut makan bajamba” katanya usai mengikuti acara penyambutan dengan Walikota Amran Nur, Senin (28/11) .

"Merupakan suatu kehormatan dan kebanggan sendiri bagi kami yang dapatmengikuti acara ini. Apalagi kami diterima dan disambut baik oleh warga Kota Sawahlunto termasuk dari Pimpinan Daerahnya. Ini promosi yang luar biasa" sebut Azmi.

“Kita akan melakukan program pendidikan dan pariwisata mulai hari ini 28 sampai 6 Desember 2011 nanti," kata Ketua Asosiasi Home Stay Teluk Ketapang Terengganu tersebut.

Wednesday, November 2, 2011

Setelah Sawahlunto International Music Festival (SIMFes) pertama yang diselenggarakan 3-5 Desember 2010 lalu, budayawan Edy Utama dipercaya oleh Pemko Sawahlunto untuk menyiapkan SIMFes-2. “Insya Allah SIMFes-2 akan digelar tanggal 2-4 Desember 2011 ini, dengan tag-line festival musik lima benua,” kata Edy Utama. 

Pada SIMFes-2010 berhasil didatangkan musisi/pemusik dari enam negara, yakni; Indonesia, Singapura, Malaysia, Jerman, Abijan dan Mongolia. Untuk SIMFes-2/2011 jumlah musisi yang dihadirkan semakin bertambah, yaitu dari delapan negara, yang mewakili 5 (lima) benua, yakni; Mexico (benua Amerika), Kamerun (benua Afrika), Melbourne (benua Australia), Belgia (benua Eropah), Taiwan, Uzbekhistan, Korea Selatan dan Indonesia (benua Asia). Itu pula sebabnya, SIMFes-2011 ini diberi tag-line festival musik 5 benua.

Menurut Edy Utama, tidaklah mudah untuk mewujudkan festival musik lima benua ini, karena jarak yang begitu jauh, juga membutuhkan biaya yang cukup besar. Namun teryata idealisme seniman dan kesediaan masing-masing musisi/pemusik untuk menerima kondisi yang minimal, akhirnya upaya ini bisa dikongkritkan. “Idealisme para pemusik itu yang membuat mereka mau datang ke kota Sawahlunto untuk memperlihatkan kepiawaian mereka bermain musik,” kata Edy Utama.
Musisi/pemusik yang tampil pada SIMFes-2011 ini akan memperlihatkan karakteristik musik yang sangat beragam, sejalan dengan latar belakang sosial dan budaya yang mereka miliki.
Walikota Sawahlunto Amran Nur, mendukung  penuh penyelenggaraan SIMFes-2011. Ia berharap pilihan musisi/pemusik yang tampil dalam SIMFes-2011 dapat makin mengukuhkan Kota Sawahlunto sebagai Kota Heritage dan Wisata Tambang yang Berbudaya. 

sumber : kliksumbar.com 

Sunday, October 2, 2011

“Kota Sawahlunto berhasil meraih penghargaan ini dan Walikota Amran Nur yang menerimanya,” kata Zohirin Sayuti Sekda Sawahlunto, saat menghadiri Halal bi Halal warga Luhak Agam Sakato, di Gedung Pusat Kebudayaan, Minggu (25/9).

Ditambahkan, setelah melalui penilaian dari beberapa aspek, seperti memerhatikan bidang pariwisata, maka sektor perekonomian masyarakat juga terangkat. Di antaranya seperti banyaknya kunjungan wisatawan yang datang.

Seperti diketahui, The President of EL Jhon Indonesia Johnnie Sugiarto mengungkapkan, penghargaan Travel Club Tourism Award ini mengambil segmen yang jelas dengan memberikan penghargaan khusus kepada pemerintah daerah, gubernur, walikota, dan bupati yang telah berbuat banyak untuk membangun pariwisata di daerah.

“Acara ini diikuti 429 pemda. Sementara pihak juri yang dilibatkan adalah praktisi pariwisata, kementerian kebudayaan dan pariwisata, serta perusahaan auditor besar dunia 'Deloitte'," jelasnya.


Disamping The Best Achievement Award yang diraih Sawahlunto, juga para juri memutuskan para pemenang penghargaan untuk tingkat Pemerintahan Provinsi yaitu :
- The Best Performance Award Kalimantan Timur
- The Most Improved Award Sulawesi Selatan
- The Best Achievement Award Kepulauan Bangka.

Sementara penghargaan untuk tingkat Pemerintahan Kota diraih oleh :
- Pemerintah Kota The Best Performance Award Denpasar
- The Most Improved Award Yogyakarta
- The Best Achievement Award yang diraih Sawahlunto

Untuk penghargaan tingkat Pemerintah Kabupaten diraih oleh :
- The Best Performance Award Sleman
- The Most Improved Award Raja Ampat
- The Best Achievement Award Malang. 


Penghargaan diserahkan oleh Menteri Pariwisata dan Kebudayaan untuk Walikota Sawahlunto Ir. H. Amran Nur yang didampingi oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sawahlunto Gusrial, B. Sc di Jakarta International Event & Convention Center (JITEC) Mangga Dua Square Jakarta pada tanggal 24 September 2011.

Sunday, July 3, 2011


 SAWAHLUNTO, Majalah Bandara 
Wako Amran Nur :  Promosi Efektif “Wisata Edukasi” Mahasiswa Singapura  

Pengembangan industry kepariwisataan menurut wali kota Amran Nur tidak terbatas hanya pada infrastruktur dan sarana prasarana semata. Tapi harus didukung  dengan prilaku masyarakatnya yang mau menerima perbedaan budaya, disamping turut menjaga rasa aman dan kenyamanan pengunjung yang datang ke kota ini.

Wako Amran mengungkapkan hal itu saat menjamu makan malam bersama 15 mahasiswa Singapura yang melakukan aktifitasnya di SDLB Lubangpanjang dan SDLB Talawi pekan lalu. Menurut tokoh pembangunan Sawahlunto itu, keberadaan para mahasiswa Singapura tersebut menjadi bagian dari potret wisata sejarah yang dimiliki kota tambang batubara bawah tanah tertua di Indonesia ini.

Mereka tidak hanya sebatas memenuhi agenda pertukaran pemuda dan pelajar semata, tapi juga berpotensi untuk mengabarkan kondisi sosial masyarakat Indonesia yang cinta damai dan bersahabat secara umum. Khusus untuk Sawahlunto, secara spesifik, katanya, kehadiran pelajar Singapura lebih dimanfaatkan untuk mempromosikan kota tambang ini sebagai destinasi menarik yang tak dimiliki daerah lain.

 “Kita berbeda dengan daerah lain, yang kita jual hanya heritage-nya sebagai kota tambang bawah tanah tertua” tutur Amran Nur, yang menyambut positif keberadaan mahasiswa tersebut  tinggal di berbagai home stay  ia mengapresiasi model rumah inap seperti ini. Mudah-mudahan kerjasama ini menurutnya terus berlanjut. Sedang pemerintah akan tetap membina pemilik home stay meningkatkan perannya menyambut wisatawan yang berkunjung dan menginap di daerah ini.

Kerjasama antara Sawahlunto dan Singapura dibidang pertukaran pemuda dan pelajar menurut Amran merupakan bentuk wisata edukasi yang manfaatnya dapat dirasakan secara tidak langsung. Untuk itu ia berharap, pihak Dinas Pendidikan yang mengelola program tersebut hendaknya mampu meningkan pelayanan dan kerja kerasnya dalam mendukung promosi wisata Sawahlunto ke dunia luar. (Penulis : Indra Yosef)

Friday, July 1, 2011

SAWAHLUNTO, Bandara - Meski baru berdiri, nama homestay Sawahlunto mulai popular dikalangan warga asing seperti Singapura dan Malaysia. Bahkan, rumah inap yang dikelola warga tersebut juga pernah ditinggali wisatawan asal Canada Eric Mueller bersama istrinya Prudence Muller untuk memperingati pesta pernikahannya yang ke 65 tahun.

Penginapan alternative yang dikelola secara ekonomis oleh masyarakat itu, kini terus berbenah diri menyambut kunjungan wisatawan domestic maupun manca Negara.Sebagaimana disampaikan Ketua Homestay Kota Sawahlunto Hj.Kamsri Benti,SE saat memaparkan komunitas rumah inap yang dipimpinnya di Konsulat Malaysia di Pekanbaru pekan silam.

Kamsri Benti mengatakan, ada 25 homestay kini siap menampung para wisatawan itu. Hal ini sekaligus mampu menjawab kekuatiran berbagai pihak terhadap Kota Sawahlunto yang selalu kurangan kamar hotel bila jumlah kunjungan terus meningkat. Untuk itu, katanya, yang penting saat ini adalah, bagaimana semua pemilik homestay mampu memberikan pelayanan dan keramahtamahan terhadap pengunjung.
“Kami bukan saingan dari hotel yang ada di kota ini, tapi keberadaan kami justru mampu menjawab anggapan Sawahlunto minim tempat menginap yang representative. Dengan adanya homestay ini, maka tantangan terhadap kekuatiran itu bisa terjawab, kami mampu memberikan pelayanan terhadap tamu dengan fasilitas inap seperti berada di hotel”ungkapnya.

Menurut rencana, dalam waktu dekat, homestay Sawahlunto kembali menanti tamu spesialnya dari kelompok pengelola homestay di Pekanbaru, Riau. Tapi sebelumnya,homestay Sawahlunto telah kebanjiran pengunjung dari Singapura, Malaysia, dan wisatawan domestic. “Alhamdulillah berkat dukungan dan bantuan pemerintah kota kami mampu berbuat yang terbaik” aku Kamsri Benti, lugas.”Jika anda ingin rumah inap yang murah dan seperti rumah sendiri silahkan di homestay kami” tamnbahnya.(Penulis : Indra Yosef)      

Tuesday, June 28, 2011


“Trengganu inspirasi kami, ia punya pengalaman mengelola homestay sehingga mampu berada ditangga pertumbuhan industri wisata Malaysia. Dari merekalah muncul semangat yang melahirkan Asosiasi Homestay Kota Sawahlunto yang di dukung penuh wali kota Ir.H.Amran Nur. Disadari, tanpa semua itu keberadaan rumah inap representative tak akan pernah ada di kota ini."
"Awalnya kami melihat banyak potensi yang dapat digarap sebagai sumber ekonomi masyarakat setempat yang ada kaitannya dengan perkembangan industri wisata Indonesia saat ini. Sebagai gerbang destinasi wisata Sumatera Barat, keberadaan rumah inap sangatlah tepat untuk dikembangkan, dan jadi alternative bagi  wisatawan untuk menentukan dimana mereka akan menginap selain hotel saat melakukan perjalanan wisata dan penelitian ke kota tambang tertua ini.
Meski masih berusia muda, Asosiasi Homestay Sawahlunto tak lepas dari pembinaan pemerintah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat. Namun harapan selalu dipanjatkan, pembinaan itu jangan hanya setengah hati, tapi lebih memfasilitasi bagaimana pengusaha homestay mampu membangun manajemen secara baik dengan didukung pengetahuan yang professional.**           

Monday, June 27, 2011

Sumber - BiNNews – Kota Sawahlunto yang berada di dalam wilayah Propinsi Sumatera Barat yang juga dikenal dengan penghasil batubara dengan kualitas kelas dunia sejak zaman kolonial Belanda, kini terus berbenah.

Setelah diprediksikan batubara dikota tersebut akan segera habis, kini kota Sawahlunto yang berpenghunikan masyarakat dari berbagai etnis itu tengah berjuang untuk mewujudkan kota itu menjadi kota wisata tambang yang berbudaya.

Berbagai objek wisata pun telah berhasil dibangun. Diantaranya adalah, Objek wisata air Waterboom yang pertama di Sumatera Barat, Taman Satwa yang berada di bekas arela tambang Kandih, serta sejumlah objek-objek wisata lainya.

Untuk mendukung percepatan terwujudnya tekad itu, tentulah harus diiringi dengan persediaan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satunya adalah adanya penginapan seperti hotel, losmen, wisma, atau home stay.

Menyikapi hal tersebut, hari ini, Selasa (10/5) Walikota Amran Nur berikan pengarahan tentang pengelolaan dan penataan home stay sebagai sarana penginapan terhadap wisatawan, yang dilaksanakan di aula rapat kantor Balaikota.

Kepada 25 pemilik home stay, Amran Nur berpesan agar selalu memberikan pelayanan yang terbaik, serta menjaga kenyamanan, kebersihan dan kesehatan dan juga selalu menjaga tariff.

“Tata home stay itu sedemikian rupa sehingga akan menjadi sangat menarik dan jangan terkesan murahan. Kita tidak ingin dengan harga atau tarif yang murah, home stay yang kita miliki akan terkesan sebagai home stay murahan,”harap Amran..

Lebih jauh Amran juga mengatakan, Penginapan berbentuk homestay atau rumah singgah harus memiliki ciri khas dan karakter tersendiri dalam memberikan pelayanan serta kepuasan kepada wisatawan yang berkunjung ke Sawahlunto.

 “Pengelolaan home stay itu berbeda dengan hotel. Dalam pelayanan homestay mesti mampu menciptakan suasana bagi wisatawan seperti tinggal dirumah sendiri,” pungkasnya.

Tampak hadir dalam acara tersebut, Kepala Dinas Pariwisata Kota Sawahlunto, Gusrial, ketua pengelola homestay sekota Sawahlunto, Kamsri Benti, serta pengurus home stay sekota Sawahlunto.

Sebelum mengakhiri acara, Amran Nur menyerahkan logo kepada pemilik dan pengelola agar dapat dijadikan sebagai identitas atau ciri khas seluruh home stay yang ada di kota ini. (Penulis:Amin)

Sunday, June 26, 2011

M.Azmi Bin Abd Aziz, Ketua Homestay Teluk Ketapang 
Bermula Dari Rasa Kebersamaan

“Rumah inap yang nyaman itu bersumber dari pemilk homestay itu sendiri. Artinya, mereka harus memperhatikan banyak hal yakni, kebersihan tempat, keramahtamahan, ikhlas, dan mampu mengkomunikasikan potensi wisata yang akan dikunjungi. fasilitas tak perlu mewah tapi bersih,menarik dan nyaman sebagai rumah inap berdikari”

Konsep inilah yang menjadikan homestay Teluk Ketapang terkenal dan masuk 10 besar homestay terbaik di Negara Malaysia. Apa yang kami lakukan diawali dengan kerja keras dan gotongroyong untuk mencapai kemajuan. Satu hal yang patut diperhatikan adalah, bagaimana membangun rasa kebersamaan dan komunikasi yang intensif, baik langsung maupun menggunakan teknologi dunia maya seperti internet, itu semua dilakukan secara mandiri, pemerintah baru membantu jika kami lebih awal berbuat.

Dalam mengelola usaha ini kami lebih mementingkan persaudaraan ketimbang keuntungan. Itu makanya, setiap tamu menginap akan merasakan hangatnya silaturahmi hingga mereka bagaikan berada dirumah sendiri. Untuk mendapatkan izin homestay tidak mudah, ada mekanisme dan proses yang harus di ikuti. Sehinga pemerintah kerajaan akhirnya memberikan izin. Jadi, tamu yang hendak ketrengganu berhati-hati jangan bermalam di rumah inap yang tak berizin. *Penulis - Indra Yosef D*


“Jauhkan pikiran bahwa homestay merupakan rumah inap “pelarian” murah jika hotel penuh.Tapi ciptakan bagaimana para tamu betah dan memahami budaya kita orang Sumatera Barat. Untuk diketahui, banyak orang sekarang senang akan hal-hal yang spesifik, baik budaya, masakan, dan tempat inap yang alami bersentuhan dengan lingkungan nyaman”.

Komentar itu disampaikan wali kota Sawahlunto Ir.H.Amran Nur  sebelum keberangkatan rombongan Asosiasi Homestay Sawahlunto ke Trenganu pekan lalu. Amran menyebutkan, faktor penting yang perlu diperhatikan adalah kebersihan tempat inap. Jika perpaduan semua itu dapat di emplementasikan secara baik, maka ia yakin homestay sebagai sumber ekonomi baru penunjang wisata akan berkembang lebih maju.

Pemerintah, kata Amran, sangat mendukung kreatifitas warga dalam soal rumah inap ini. Ia mencatat, ada 25 rumah inap yang layak untuk dipromosikan secara luas. Baik secara regional, nasional, bahkan perlu untuk kedunia luar. “Berikan fasilitas yang representative agar wisatawan betah dan berlama-lama tinggal di rumah inap tersebut. Biar tamu merasa home sweet home ” tambahnya.*(Indra Yosef D)* 

Mengintip Homestay Ramah Lingkungan Teluk Ketapang,Trengganu
Spirit Ditengah Kemandirian Membangun Industri Rumahan


Pertumbuhan ekonomi Trengganu secara umum cukup baik. Namun ada yang membuat kita tercengang, ditengah maraknya pembangunan hotel berbintang, ternyata industry jasa homestay alias penginapan murah representative malah makin marak dengan keuntungan yang dinikmati pemiliknya. Inilah kreatifitas yang tengah dipertontonkan warga Teluk Ketapang, dan dari sinilah inspirasi itu muncul sehingga melahirkan Asosiasi Homestay Kota Sawahlunto.          

Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi Asia dibidang tourism, didukung factor keamanan nasional dan global mengilhami banyak industry pariwisata di tanah air tumbuh dan berkembang seiring membaiknya perekonomian dunia saat ini. Salah satu indicator signifikan pertumbuhan itu adalah, berkembangnya usaha rumahan homestay sebagai penginapan alternative dan murah, namun hampir sekelas hotel melati hingga hotel berbintang dengan nuansa lingkungan ramah.

Salahsatu contoh berkembangnya industry homestay terkenal terdapat di Inggeris, tapi di Negara Asean  seperti Malaysia dan Indonesia hal itu sudah berlangsung lama. Di Malaysia, wartawan Serambi Pos Indra Yosef melakukan peliputan mengikuti lawatan Asosiasi Homestay Sawahlunto ke Teluk Ketapang,Trengganu.

Untuk bisa sampai kesitu butuh waktu sekitar 7 jam lewat darat dari Kuala Lumpur,  dan sekitar 20-an menit dengan pesawat terbang dari Bandara LCCT Kuala Lumpur ke Bandar Udara Sultan Mahmud Trengganu. Selama perjalan pulang pergi, rombongan dipandu Intan Putih Dalib dari Travel Agency Gift Two Holidays SDN.BHD.  

Keberadaan homestay dikedua Negara itu telah mengilhami pertumbuhan homestay di Kota Sawahlunto. Tercatat, 25 homestay berhasil direkomendasikan “layak” dari 40 calon yang diusulkan oleh Dinas Parawisata dan Budaya setempat. Hal ini turut berkontribusi dalam mendukung laju pertumbuhan industry wisata melalui fasilitas hunian alternative yang murah tapi cukup representative,bersih, nyaman dan aman.

Sebagaimana dirilis Harian Utusan edisi Selasa 17 Mei halaman 33, yang mengutip pernyataan Menteri Pelancongan Malaysia Datuk Seri Dr.Ng Yen Yen menyebutkan, pada tahun lalu tercatat sekitar 108.798 orang wisatawan memanfaatkan jasa homestay di Malaysia. Dari jumlah angka itu, pengusaha rumah inap ini mampu menghasilkan pendapatan sekitar RM 6,2 ribu atau 41, 9 persen dari jumlah kunjungan wisatwan manca Negara dan 12 persen wisatawan domestic.

Melihat angka pertumbuhan mengagumkan itu, pihak Kementerian Pelancongan Malaysia terus melakukan pembinaan terhadap 2.987 pengusaha mandiri rumah inap homestay termasuk yang ada di Teluk Ketapang, Trengganu. Sebagai sebuah usaha kecil bernilai ekonomis, kelompok homestay Kota Sawahlunto beberapa hari lalu melakukan studi banding ke Teluk Ketapang, Trengganu, Malaysia. Mereka melihat dan mempelajari manajemen usaha homestay yang di bangun bersama warga Teluk Ketapang atas saling pengertian, kebersamaan, berdikari dan gotong royong, dengan tujuan berkembangnya tourism Malaysia secara nasional.
Menurut Ketua Asosiasi Homestay Teluk Ketapang M.Azmi Bin Abd Aziz, didampingi timbalannya (watua) Amiruddin Arifin, dan anggotanya Chek Mat Bin Ibrahim, Mohd Hasli MD Zin, Habibuddin Bin Rejab, dan Hj.Yusof bin Saleh , mengatakan, homestay Teluk Ketapang merupakan usaha rumahan masuk peringkat 4 dari 10 besar homestay terbaik di Malaysia. Mereka dibina dan disertifikasi khusus oleh Kementerian Pelancongan, dan pemerintah Bandarraya Trengganu.

“Konsep kami adalah, bagaimana tamu jadi bagian dari keluarga sendiri. Mereka harus tau budaya dan kebiasaan masyarakat setempat, sopan dan santun perlu dijaga.”kata Azmi, sambil memberi tau paket inap selama tiga hari dua malam plus makan ia bandrol seharga 285 ringgit Malaysia, atau sekitar Rp 800 ribu dengan nilai rupiah.”Sangat murah untuk ukuran Malaysia”tambah Amiruddin Arifin yang menyatakan banyak bangsa dari berbagai Negara sudah tinggal di homestay Teluk Ketapang. Itu semua, katanya, dampak dari gencarnya ia berpromosi di dalam negeri maupun manca Negara dengan biaya sendiri.

Selama berada di Teluk Ketapang 28 anggota rombongan Sawahlunto tinggal di homestay Teluk Ketapang, mereka menyatu sebagai keluarga serumpun yang bebas dari hirukpikuk politik. Mereka disuguhi keramahtamahan, dibawa keberbagai objek wisata, makan bersama dipantai Teluk Ketapang, bergembira ria dengan permainan lucu, meninjau rumah warga sebagai rumah inap. Menanam bunga, serta bertukar cendera mata dan plakat.

Ketua Homestay Sawahlunto Hj.Kamsri Benti,SE bertutur, banyak pengalaman dan ilmu yang dapat dipelajari di negeri jiran itu untuk dikembangkan ditanah air. “Kami sangat terkesan dengan pelayanan mereka, ramah ikhlas, dan seperti keluarga sendiri.Tak ada yang membatasi kedua kultur. Inilah inspirasi kami untiuk mengembangkan homestay di Sawahlunto” ucap Kamsri Benti.

Paket inap yang dikembangkan Asosiasi Homestay Sawahlunto terdiri dari paket wisata liburan sekolah, peringatan hari jadi kota setiap 1 Desember,wista religi, dan lainnya. Soal biaya anda cukup menyediakan dana Rp 1 juta untuk 5 hari 4 malam.  

Sunday, June 12, 2011

Untuk yang kesekian kali, Homestay Sawahlunto kembali menerima rombongan Belia Singapore di Kota Sawahlunto. Belia Singapore ini akan melakukan bakti sosial dengan target utama adalah Sekolah Luar Biasa dan juga Panti Asuhan.

”Rombongan Belia Singapore ini agak sedikit berbeda dari rombongan sebelumnya. Kalau biasanya kami melakukan pertukaran pelajar untuk saling mengisi liburan sekolah. Kali ini kami datang untuk melakukan aktifitas sosial” kata Huda, salah seorang belia singapore yang menginap di Cendana Homestay.

Kelompok Belia ini menggunakan Homestay Ilman di Tangsi Baru untuk dijadikan Pusat rencana kerjanya. Mereka mempersiapkan permainan dan jenis-jenis kerajinan tangan dan kegiatan lain untuk anak-anak panti agar merasa bahagia.

Nantinya, Belia Singapore ini akan meyerahkan bantuan berupa alat tulis, alat olahraga, dan berbagai macam buku paket keterampilan untuk akan-anak panti asuhan.

”Semoga apa yang kami beri ini dapat bermanfaat” harap Huda menutup pembicaraan.

*Sumber* padangmedia.com - SAWAHLUNTO - Keberadaan homestay di Kota Sawahlunto diharapkan dapat menunjang pengembangan kepariwisataan di kota itu. Oleh karena itu, homestay harus dikelola dengan baik. Baik dalam pelayanan maupun fasilitasnya.
Walikota Amran Nur mengatakan, apabila tertata baik, homestay akan menjadi sangat menarik dan tidak terkesan murahan.

"Kita tidak ingin dengan harga atau tarif yang murah, homestay yang kita miliki akan terkesan murahan,” katanya pada 25 pemilik homestay dalam pertemuan dengan Dinas Pariwisata setempat di aula Balaikota setempat.

Dikatakannya, Pemko telah membangun berbagai objek wisata. Pengembangannya didukung oleh penginapan seperti hotel, losmen, wisma atau homestay. Namun, kebanyakan masih terkesan natural. Untuk mendukung pengembanan pariwisata, penginapan, terutama homestay perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai.

“Pengelolaan homestay itu berbeda dengan hotel. Pelayanan homestay mesti mampu menciptakan suasana bagi wisatawan seperti tinggal di rumah sendiri,” jelas Amran pada pertemuan yang juga dihadiri Kepala Dinas Pariwisata Kota Sawahlunto, Gusrial dan Ketua Pengelola Homestay Kota Sawahlunto, Kamsri Benti.

Kegiatan itu diakhiri dengan penyerahan logo homestay kepada pemilik dan pengelola agar dapat dijadikan sebagai identitas atau ciri khas seluruh homestay yang ada di kota itu. Logo diserahkan Walikota Amran Nur kepada salah seorang mewakili pemilik homestay. (tumpak)

SAWAHLUNTO, (Sumber) KOMPAS.com — Atlet dan tim, undangan, panitia, dan pihak yang terlibat Tour de Singkarak 2011 (TdS 2011), Sabtu (11/6/2011) pagi naik kereta api "Mak Itam" dari Stasiun Kereta Api Sawahlunto ke titik start Etape 6A Sawahlunto-Istano Basa Pagaruyung. Titik start berada di Silungkang, Sawahlunto. Perlu waktu sekitar 20 menit dari stasiun ke titik start.
Cocok sekali antara kereta api dan pemandangannya. -- Yasuharu Nakajima

Sawahlunto sejak 120 tahun lalu menjadi kota pertambangan batu bara. Mulanya kota ini dikelola oleh kolonial Belanda. Adapun kereta "Mak Itam" pada masa itu merupakan kereta pengangkut batu bara. Namun, sejak 2005, kereta tersebut difungsikan sebagai kereta api wisata. Sampai saat ini, "Mak Itam" dijalankan dengan bahan bakar batu bara.


Di perjalanan sejauh 8 kilometer, "Mak Itam" masuk dalam terowongan sepanjang 1 kilometer. Sebuah kejadian lucu terjadi. Di salah satu gerbong, pintu gerbong telat ditutup. Akhirnya, asap "Mak Itam" masuk ke dalam gerbong. Walhasil, para atlet sibuk menutup hidung. Walau begitu, sebagian besar atlet tampak menikmati perjalanan mereka.

"Rancak bana (bagus sekali)! Kereta apinya kuno. Lalu pemandangannya sawah dengan rumah penduduk, sangat tradisional. Cocok sekali antara kereta api dan pemandangannya. Rasanya seperti berada di dimensi lain saja," kata Yasuharu Nakajima dari Aisan Racing Team, Jepang, kepada Kompas.com, di Silungkang, Sawahlunto.

Bagi Nakajima, ini kali pertama ia naik "Mak Itam". Sementara itu, rekan-rekan setimnya sudah pernah naik "Mak Itam" pada TdS tahun lalu. Selain itu, ia mengaku sangat suka kereta api.

"Di Jepang, kereta api pakai listrik. Yang bukan pakai listrik ada, tetapi pemandangannya kota, tidak tradisional seperti ini," tambahnya.

Sementara itu, Lex dari CCN Colossi Netherland, Belanda, menuturkan bahwa ia sudah pernah naik kereta "Mak Itam" tahun lalu.

"Sangat bagus. Saya sudah naik tahun lalu. Cocoknya buat turis, sementara kami datang untuk olahraga. Tadi kami bangun pagi sekali, padahal start pukul 09.00. Lebih baik kalau waktunya untuk tidur sebentar, apalagi hari ini harus menjalani dua etape," katanya.

Memang pada hari keenam TdS 2011, para atlet akan menjalani dua etape. Etape 6A sepanjang 94,6 kilometer. Sementara itu, Etape 6B dengan rute Istano Basa Pagaruyung-Padang Panjang memiliki jarak tempuh 39 kilometer.

Masih bicara soal "Mak Itam", Jean Jacques dari ‎Amaury Sport Organisation (ASO) mengatakan, penggunaan kereta tersebut tidak masalah untuk sebuah ajang balap sepeda. Sebaliknya, hal ini malah memberi kesan yang baik.

ASO sengaja diundang oleh pihak Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata untuk menilai TdS agar pihak TdS dapat melakukan perbaikan-perbaikan sesuai standar internasional. Hal ini dilakukan agar kelas TdS bisa naik sebagai ajang balap internasional. Sebagai informasi, ASO juga merupakan penyelenggara dari Tour de France.

"Saya tidak naik, tapi rekan saya tadi ikut naik. Dia bilang bagus sekali kereta dan pemandangannya. Hanya, pengaturan saat atlet sampai tadi kurang rapi. Harusnya mobil tim berderet di samping kereta sesuai tempat atlet turun. Jadi, saat atlet turun, mereka langsung berhadapan dengan mobil tim," ungkap Jean. Saat itu, atlet yang turun terpaksa berhamburan mencari mobil tim masing-masing.

Peluit "Mak Itam" berbunyi nyaring sebagai tanda start bagi atlet. TdS berlangsung 6-12 Juni 2011 yang menggabungkan olahraga dan pariwisata. TdS 2011 melombakan 7 etape dengan jarak total 739,3 km. Rute yang dilewati penuh dengan obyek wisata khas tiap-tiap daerah. Selain itu, budaya dan kuliner Sumatera Barat juga diperkenalkan kepada peserta TdS.

Kabupaten dan kota yang terlibat antara lain Pemkot Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, Kota Sawahlunto, Kabupaten Solok, Kota Solok, Kota Payakumbuh, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Limapuluh Kota.

Ajang ini sudah menjadi agenda resmi tahunan Organisasi Balap Sepeda Dunia (Union Cycliste Internationale) bekerja sama dengan Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI), pemerintah daerah, serta Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

SAWAHLUNTO, KOMPAS.com — Siapa sangka kota kecil Sawahlunto adalah kota pertama yang memiliki waterpark di Sumatera Barat (Sumbar). Sawahlunto yang merupakan kota tambang batubara sejak 120 tahun yang lalu pelan-pelan berubah menjadi kota wisata. Pemerintah daerah sejak 2003 ingin mengubah citra Sawahlunto yang dikenal sebagai kota arang menjadi kota turis.

"Di dunia ada tren orang suka lihat bangunan tua. Sumbar juga jarang ada tempat wisata yang aman untuk anak-anak. Makanya kami buat waterpark di Sawahlunto," kata Wali Kota Sawahlunto Amran Nur kepada Kompas.com, di Taman Segitiga, Sawahlunto, Jumat (10/6/2011).

Pada tahun 2005 atau dua tahun sejak Sawahlunto dikembangkan sebagai kota wisata, jumlah wisatawan 15 ribu orang. Sedangkan pada tahun 2010, kata Amran, jumlah wisatawan lebih dari 600 ribu orang.
Apa yang bisa membuat kunjungan wisatawan ke Sawahlunto meningkat pesat? "Kita terus membuat obyek-obyek wisata baru. Ada waterpark yang pertama di Sumbar, kita akui banyak yang berkunjung karena ada waterpark itu. Anak-anak muda suka main di waterpark. Juga ada kebun binatang dan Iptek Center. Iptek Center ini adalah yang keempat di Indonesia," katanya.

Rencana Amran, beberapa obyek wisata baru akan dibangun di Sawahlunto. Obyek wisata tersebut antara lain penangkaran buaya, kupu-kupu, dan rusa. Sementara itu, rumah gadang yang terdapat di puncak bukit akan dimanfaatkan sebagai menara padang agar wisatawan bisa melihat Kota Sawahlunto dari ketinggian.
Saat ini, akses jalan menuju rumah gadang tersebut susah dilalui oleh mobil. Menurut beberapa penduduk Sawahlunto, hanya motor yang bisa lewat. Lokasi untuk melihat Sawahlunto dari ketinggian lainnya adalah Bukit Cemara.

"Kami akan bangun skylift dari stasiun kereta api ke Bukit Cemara. Tahun 2012 akan mulai dibangun," katanya.

Jika rencana tersebut menjadi nyata, Sawahlunto memiliki kereta gantung melintasi kota sepanjang kira-kira 3 kilometer.

Beberapa penduduk di Sawahlunto menyebutkan saat pembangunan waterpark, beberapa pihak tidak setuju dengan pembangunan tersebut dengan alasan biaya mahal yang harus dikeluarkan pemerintah daerah. Namun ternyata sejak pertama dibukanya waterpark di tahun 2006 hingga kini, waterpark tersebut tak pernah sepi pengunjung.

Obyek-obyek wisata yang khas Sawahlunto adalah wisata sejarah berupa peninggalan kolonial Belanda. "Peninggalan Belanda seperti kereta api Mak Item untuk angkut batubara jadi kereta api wisata, lalu ada museum kereta api, dan sebagainya. Peninggalan Belanda kita jadikan wisata sejarah," kata Amran.
Menurut Amran, kekuatan wisata Sawahlunto lainnya adalah seni dan budaya. "Sawahlunto ini multietnis. Kami punya kesenian kuda kepang dan tarian Jawa. Ada banyak etnis yang tinggal di Indonesia. Bisa dibilang Sawahlunto Indonesia kecil. Ada suku Jawa, Sunda, China, Bugis, Irian, dan Maluku. Ini jadi modal kami dalam mengembangkan pariwisata di Sawahlunto," kata Amran.

Amran melanjutkan walaupun beraneka ragam, masyarakat hidup rukun dan damai. "Tari kepang itu tidak semua yang tarikan adalah orang Jawa. Tapi juga dari orang Minang," ungkapnya.

Wali Kota Sawahlunto menambahkan, multietnis yang ada di Sawahlunto sudah ada sejak masa kolonial. Saat itu, pribumi dari Sumatera dan Jawa melakukan kerja paksa di pertambangan milik Belanda.

Saturday, June 11, 2011


SAWAHLUNTO, *SUMBER* KOMPAS.com - Masyarakat Sawahlunto, Sumatera Barat,  memadati Taman Setiga, Jumat (10/6/2011). Mereka tampak antusias menyambut para peserta Tour de Singkarak (TdS) 2011. Warga pun sibuk berfoto bersama pebalap terutama dengan Amir Zarfari, yang mendapatkan juara satu pada Etape 5 TdS 2011.
Wisatawan mulai banyak lagi. Orang-orang jadi kenal Sawahlunto dari Tour de Singkarak.-- Maulana Yusran
"Orang-orang di sini sangat baik. Mereka begitu menyambut kami. Pemandangannya juga sangat menakjubkan. Saya suka dengan tulisan 'Sawahlunto' yang ada di atas sana," kata Amir sambil menunjuk tulisan besar 'Sawahlunto' di atas bukit.

Pada Etape 5, lagi-lagi pebalap sepeda asal Iran menguasai podium. Mereka memenangkan posisi pertama hingga ketiga Etape 5 Payakumbuh - Sawahlunto sepanjang 79 kilometer. Rahim Emami mendapatkan posisi juara kedua dan Golakhour Pourseyedi pada posisi juara ketiga.

Senada dengan yang diutarakan Amir, Jang Chan Jae dari Terengganu Pro-Asia Cycling Team, Malaysia, merasa takjub dengan penduduk Sawahlunto. Pada Etape 5, ia kembali menjadi sprinter tercepat.

"Orang Indonesia suka balap sepeda ya? Banyak sekali yang menyambut kita. Saya senang sekali di sini. Di titik finish, ramai sekali. Di jalan juga," tuturnya.

Malam ini, segenap tamu undangan, peserta, atlet, hingga panitia akan menginap di Sawahlunto. Walaupun baru ada satu hotel berbintang (yang rencananya akan sekelas bintang tiga) yang baru buka. Sebagian besar pihak yang terlibat akan menginap di hotel melati dan homestay.

"Memang masih belum memenuhi syarat tapi kota kami dipilih sebagai tempat menginap. Pada Tour de Singkarak hanya ada 4 kota yang diinapi," kata Walikota Sawahlunto, Amran Nur.

Hal serupa diungkapkan Ketua PHRI Sumbar, Maulana Yusran. "Memang belum memadai. Tapi kami mengapresiasi antusiasme masyarakat dan pemerintah daerah Sawahlunto. Mereka memfasilitasi semua penginapan. Bahkan hotel yang berbintang itu dibangun dengan dana pemerintah daerah. Salah satu pemicunya adalah karena Tour de Singkarak," katanya.

Amran mengatakan TdS memberi dampak pada peningkatan perkembangan pariwisata dan kunjungan wisata. "Wisatawan mulai banyak lagi. Orang-orang jadi kenal Sawahlunto dari Tour de Singkarak," katanya.

Sebagai titik finish Etape 5 adalah Taman Segitiga, Sawahlunto. Pada masa kolonial Belanda, Sawahlunto dikenal sebagai kota pertambangan batu bara. Kota ini sempat disebut-sebut sebagai kota mati sejak produksi batu bara menurun. Kemudian, oleh pemerintah daerah setempat, Sawahlunto pun diubah menjadi kota wisata. Beberapa peninggalan tambang batu bara "disulap" menjadi obyek wisata.

Sementara itu, titik start Etape 5 berada di Ngalau Indah, Payakumbuh. Ngalau Indah merupakan obyek wisata andalan Kota Payakumbuh. Panorama kota Payakumbuh dari ketinggian menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Ngalau Indah. Menurut Khadijah dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Payakumbuh, sehari kunjungan bisa mencapai 100 orang.

Untuk melihat pemandangan Kota Payakumbuh, pengunjung harus berjalan ke atas sejauh sekitar 400 meter. Pilihan lain adalah naik sepeda tandem tanpa dipungut bayaran. Di Ngalau Indah juga terdapat gua dengan batu-batu yang berbentuk seperti orang ataupun benda. Selain itu, Ngalau Indah juga terkenal sebagai lokasi paralayang.

TdS berlangsung 6-12 Juni 2011 yang menggabungkan olahraga dan pariwisata. TdS 2011 melombakan 7 etape dengan jarak total 739,3 km. Rute yang dilewati penuh dengan obyek wisata khas masing-masing daerah. Selain itu, budaya dan kuliner Sumatera Barat juga diperkenalkan kepada peserta TdS.

Kabupaten dan kota yang terlibat antara lain Pemkot Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, Kota Sawahlunto, Kabupaten Solok, Kota Solok, Kota Payakumbuh, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Limapuluh Kota.

Ajang ini sudah menjadi agenda resmi tahunan Organisasi Balap Sepeda Dunia (Union Cycliste Internationale) bekerjasama dengan Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI), pemerintah daerah, dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Friday, June 10, 2011

SAWAHLUNTO, * SUMBER * KOMPAS.com — Sawahlunto, dulu dikenal sebagai kota arang. Pada masa kolonial Belanda, kota ini menjadi lokasi pertambangan batubara. Para pekerja adalah orang-orang pribumi asal Sumatera dan Jawa. Mereka bekerja, makan, hingga tidur dengan rantai di kaki. Karena itu, mereka disebut dengan "Orang Rantai".
Kami ingin kembangkan wisata sejarah dengan adanya cerita-cerita masa kolonial Belanda.-- Amran Nur
"Itulah sejarah Kota Sawahlunto. Karena itu, kami ingin kembangkan wisata sejarah dengan adanya cerita-cerita masa kolonial Belanda," kata Wali Kota Sawahlunto, Amran Nur, kepada Kompas.com, Jumat (10/6/2011).

Kota Sawahlunto pun dipromosikan sebagai Heritage City, kota peninggalan kolonial Belanda yang dahulu terkenal sebagai pusat pertambangan. Kota ini dibangun Belanda sebagai kota tambang sekitar 120 tahun lalu. Amran menceritakan pertambangan batubara masih berlanjut hingga masa-masa setelah kemerdekaan Indonesia.

Kota Sawahlunto sempat dianggap sebagai kota mati di tahun 2000. Menurut Amran, hal ini terjadi karena batubara di Sawahlunto dianggap sudah mau habis. Apalagi, lanjutnya, ekonomi Sawahlunto tergantung pada pertambangan batubara.

"Masih ada, tapi batubaranya itu deposit dalam. Jadi untuk tambang batubara perlu alat dan teknologi yang lebih maju, sehingga pembiayaan pun tinggi. Sejak tahun 2000, penduduk Sawahlunto makin berkurang karena takut pada berhentinya kegiatan ekonomi. Mereka sudah tidak ada harapan hidup di sini, jadinya banyak yang merantau atau balik ke kampung," jelasnya.

Memang, sejak dahulu Sawahlunto banyak pendatang karena tergiur dengan lapangan kerja di kawasan pertambangan. "Saat itu dalam satu tahun jumlah penduduk berkurang sampai 20 persen," jelasnya.

Karena itu, pihak pemerintah daerah pun membanting setir mengubah citra kota arang menjadi kota turis.

"Kita hidupkan pariwisata Sawahlunto. Sejak 2003 kita kembangkan Sawahlunto jadi kota wisata. Karena kita lihat ada tren di dunia, orang suka lihat bangunan tua. Mulai ada kenaikan, dulu tahun 2001 wisatawan yang datang 15 ribu orang. Tahun 2010 sudah 600 ribu lebih, " papar Amran.

Tak hanya wisatawan, jumlah penduduk Sawahlunto pun meningkat walau hanya sedikit. Pada tahun 2001, jumlah penduduk tinggal 50 ribu orang. Kini, jumlahnya 57 ribu orang.

"Dulu jumlah penduduk pernah sampai 60 ribu orang," katanya.

Amran menuturkan, wisatawan domestik yang datang ke Sawahlunto terutama dari Riau, Jambi, Bengkulu, dan kabupaten lain yang ada di Sumatera Barat. Sementara itu, wisatawan asing yang datang pun terjadi peningkatan.

"Turis asing senang naik Mak Item. Ada sekitar 10 sampai 15 orang setiap minggunya," ungkap Amran.

Mak Itam adalah kereta api pengangkut batubara. Pada masa kejayaan tambang batubara, ada dua lokomotif. Satu lokomotif sekarang berada di Belanda. Kini, Mak Itam difungsikan sebagai kereta api wisata dalam kota. Rute yang ditempuhnya sekitar 8 kilometer.

"Istimewanya nanti kereta api akan melewati terongan sepanjang satu kilometer. Bentuk dan bunyinya mengingatkan masa lalu. Mak Itam menjadi ikon kota Sawahlunto," kata Amran.

Peserta Tour de Singkarak (TdS) 2011, baik tamu undangan, atlet dan tim, maupun panitia, akan naik Mak Itam pada Sabtu (11/6/2011) pagi. Mak Itam akan membawa mereka ke titik start Etape 6A di Silungkang, Sawahlunto.

Amran menuturkan, TdS memberikan dampak pada pariwisata Sawahlunto. Pada TdS 2010, Sawahlunto hanya dilewati. TdS 2011, Sawahlunto menjadi salah satu kota yang diinapi para pihak yang terlibat dalam TdS 2011.

"Hanya ada tiga kota di Tour de Singkarak 2011 yang semua orang terlibat di Tour de Singkarak menginap di satu kota. Padang, Bukittinggi, dan Sawahlunto," kata Dirjen Pemasaran, Sapta Nirwandar, pada jamuan makan malam Tour de Singkarak 2011 di rumah dinas Wali Kota Sawahlunto, Jumat (10/6/2011).

Selama ini, kata Amran, wisatawan yang berkunjung ke Sawahlunto tidak menginap. Mereka hanya datang dan langsung pergi di hari yang sama.

"Karena ada pandangan orang kalau menginap di Sawahlunto itu tidak memadai. Jadi, kita usahakan di Tour de Singkarak tahun ini supaya semua menginap di sini. Kita ingin mematahkan perkataaan orang bahwa tidak ada hotel di Sawahlunto," katanya.

Memang, hotel berbintang di Sawahlunto baru ada satu. "Itu yang bangun pemerintah daerah. Tapi pengelolaan di swasta. Sebenarnya ada beberapa hotel melati," kata Ketua PHRI Sumbar Maulana Yusran. Kekurangan hotel pun diakali dengan pengembangan homestay atau rumah penduduk yang dijadikan penginapan.

"Kami kirim penduduk yang mengelola homestay ke Malaysia, untuk studi banding. Mereka belajar pengelolaan homestay di Malaka dan Trengganu. Juga di Singapura," kata Amran.

Bahkan, lanjutnya, kini mereka memiliki asosiasi untuk pengelola homestay di Sawahlunto. "Pendapatan sebesar 5 persen untuk asosiasi. Kaget juga, karena dalam enam bulan kas asosiasi sudah sebesar 120 juta. Ini berarti pariwisata memang memberi manfaat untuk masyarakat di sini," katanya.

Mustifah, seorang ibu yang sejak lahir menetap di Sawahlunto, menuturkan, sejak berubah menjadi kota wisata, Sawahlunto pun mulai ramai kembali. Ia pun menuturkan bahwa Sawahlunto sempat seperti kota mati.

"Ini kota kecil. Orang tahu Sawahlunto karena batubara. Kalau tidak karena tambang batubara, orang tidak akan kenal Sawahlunto. Sejak jadi kota wisata, kota hidup lagi. Tidak semua merasakan manfaatnya. Tapi banyak yang berdagang dan dapat hasil dari turis," katanya.

TdS berlangsung 6-12 Juni 2011 yang menggabungkan olahraga dan pariwisata. TdS 2011 melombakan 7 etape dengan jarak total 739,3 km. Rute yang dilewati penuh dengan obyek wisata khas tiap daerah. Selain itu, budaya dan kuliner Sumatera Barat juga diperkenalkan kepada peserta TdS.

Kabupaten dan kota yang terlibat, antara lain, Pemkot Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, Kota Sawahlunto, Kabupaten Solok, Kota Solok, Kota Payakumbuh, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Limapuluh Kota.

Ajang ini sudah menjadi agenda resmi tahunan Organisasi Balap Sepeda Dunia (Union Cycliste Internationale) bekerja sama dengan Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI), pemerintah daerah, dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Wednesday, June 8, 2011

*Sumber* WARTA ANDALAS, SAWAHLUNTO – Jelang terselenggaranya event bergengsi yang bertaraf Internasuonal, Tour de Singkarak tahun 2011 yang dijadwalkan akan memasuki kota Sawahlunto untuk stage 5B dan etape 6A pada tanggal 10 – 11 Juni mendatang, kini kota Arang ini tengah berbenah dan mempersiapkan segala sesuatunya agar dapat berjalan lancer dan sebagaimana mestinya.

Sebagai kota yang memikili visi menjadi kota tujuan wisata, tentulah kota ini tak ingin menyia-nyiakan moment atau memanfaatkan kesempatan ini untuk mempromosikan seluruh objek wisata yang ada, seperti Waterboom, Taman Satwa Kandih, Museum Kereta Api, Lobang Mbah Soero, Museum Gudang Ransum, Info Box, dan objek wisata lainnya kepada seluruh peserta yang terlibat dalam event TdS, baik atlet maupun official yang datang dari seluruh penjuru dunia ini.
Meski pada event yang sama pada tahun sebelumnya kota Sawahlunto termasuk dalam kategori tuan rumah terbaik, namun hal itu tak cukup membuat Walikota Sawahlunto, Ir.H.Amran Nur merasa puas. Sebab, pada tahun-tahun sebelumnya masih banyak peserta TdS yang menginap diluar kota ini karena keterbatasan sarana penginapan.


Menyikapi hal tersebut, Pemerintah kota Sawahlunto kini telah melakukan sejumlah terobosan yang sangat signifikan, khususnya untuk sarana penginapan seperti Hotel Parai Garden City yang nerupakan satu-satunya hotel berbintang Dua yang dimiliki kota ini, yang baru diresmikan beberapa waktu lalu.

Selain itu, Pemko Sawahlunto juga telah mempersiapkan penginapan lainnya seperti Hotel Ombilin, Hotel Laura, Mess V, Mess Continental, Mess Jepang, Mess Canada, Mes Australia dan Wisma BDTBT.

Tak hanya itu, untuk memastikan peserta TdS yang dikabarkan berjumlah14 tim Internasional serta 11 tim Nasional yang terdiri dari 400 orang peserta dan official, serta 600 orang undangan itu bermalam di Sawahlunto, Pemko juga telah menyediakan 24 homestay, antara lain Homestay Tapian Titi, Guspriadi, Pausil M.TP Sakati, Cendana, Ida Ledi Yani, Nurlis,  Erita, Andriak.An, Aila, Sri Astuti, Ikhsan Yunanda, Murni, Armaini, Ajeng, Kito/Our Homestay, Elvi Sumanti, Erwatis Said, Ellin, Nurmi, Asmilda, Aristim, Yuniwarti, Aliyar dan Bukit Polan. (ap)

Thursday, May 26, 2011

Perhelatan Tour De Singkarak (TDS) 2011, hanya tinggal 13 hari lagi, Ivent olahraga yang memadukan dengan kegiatan pariwisata ini  digelar dari tanggal 6 s/d 12 Juni mendatang.

TDS, punya arti penting bagi perkembangan pariwisata Sumatera Barat, pasalnya, TDS digelar untuk ketiga kali nya di ranah minang ini, Secara resmi telah menjadi agenda perhelatan tahunan Union Cyliste Internasional (UCI) yang menyertakan sekitar 225 orang pembalap, terdiri dari 10 tim nasional dan 15 tim internasional yang melombakan 7 estape melintasi beragam keindahan alam dan budaya di- 8 kabupaten dan kota di Sumbar ujar Ketua umum pelaksana TDS Sawahlunto Zohirin Sayuti, kepada koran ini, kemaren.

Dikemukan Zohirin Sayuti, Bagi daerah yang dilintasi TDS sangat besar artinya bagi perkembangan sektor pariwisatanya, oleh sebab itu, pemerintah kota Sawahlunto tidak menyia-nyiakan kesempatan berharga ini untuk memperkenalkan obyek obyek wisata yang ada di kota arang Sawahlunto ini tandas Sekretaris daerah(Sekda) Sawahlunto ini.

Dikemukakan, Pemko Sawahlunto sudah komitmen mengembangkan sector pariwisatanya, karena itu, kota Sawahlunto tidak pernah berhenti menggelar ivent-ivent berskala besar, dimana sasarannya tidak lain memperkenalkan kota Sawahlunto sebagai kota wisata utama di Sumatera Barat imbuhnya.

“Seminggu lalu, dari tanggal 6 s/d 17 Mei, kota Sawahlunto baru saja usai menggelar Kejuaraan nasional(Kejurnas) Bridge tingkat pelajar dan mahasiswa, Daerah tujuan wisata, Tidak akan pernah berhenti dengan berbagai aktifitas nya, industri pariwisata tanpa berbagai aktifitasnya, sama dengan bohong, Oleh sebab itu, pada TDS tahun ini, pemko Sawahlunto akan memberikan pelayan yang sebaik-baiknya kepada para peserta TDS, mereka selama berada di kota Sawahlunto, puas dan jangan sampai kecewa," ungkap Zohirin,
           
Dijelaskan Zohirin, TDS memasuki wilayah Sawahlunto, pada etape V.B Jum-at tanggal 10 Juni yaitu finis etape ini(V,B) di lapangan segi tiga depan kantor Ombilin Sawahlunto sekitar pukul 16.00 wib, dimana star etape V.B ini dijadwalkan pukul 14.00 wib dari Payakumbuh menuju Sawahlunto dengan jawak tempuh 79 Km.

Di-kota Sawahlunto selain digelar pemberian hadiah estape V.B, para peserta disambut dengan hiburan musik perkusi serta penampilan kesenian tradisional etnis jawa yaitu kesenian kuda kepang, ungkap Zohirin.

Dikemukakan, peserta TDS mencapai lebih kurang 600 orang (Pembalap dan panitia TDS) diinapkan semalam di Sawahlunto dan selanjutnya para peserta TDS dibawa keliling kota menikmati obyek wisata di resor wisata Kandi Sawahlunto, ungkapnya. 

Selain menikmati obyek wisata, peserta TDS juga disuguhkan jamuan makan malam bersama Walikota Sawahlunto Amran Nur, dimana esok harinya Sabtu tanggal 11 Juni sebelum digelar star etape VI A, pada pukul.08.00 wib, peserta juga diperkenankan menaiki kereta api wisata Mak Itam (kereta api uap E.1060) dari stasiun kereta api Kampung Teleng menuju desa Muaro Kelaban, Selanjutnya peserta TDS start di jalan Cinto Moni Silungkang ini yang dilepas secara resmi oleh Walikota Sawahlunto Amran Nur . []

Etape Tour De Singkarak 2011
Etape I,         Padang
Etape II         Padang – Padang Pariaman
Etape III        Pariaman- Bukit Tinggi,
Etape IV       Bukit Tinggi- Lembah Harau(Payakumbuh)
Etape V,       Payakumbuh – kota Sawahlunto,
Etape VI, A. Sawahlunto- Istana Basa Pagaruyung,
Etape  VI B. Pagaruyung- Padang Panjang,
Etape  VII,   Padang Panjang- Danau Singkarak

Thursday, May 19, 2011

Rabu pagi tanggal 18 Mei 2011, anggota Asosiasi Homestay Sawahlunto yang di pimpin Ibu Kamsri Benty berangkat menuju Terengganu untuk melakukan study banding tentang homestay yang merupakan salah satu penginapan paling laris di kota tersebut.

Di sana, Asosiasi Homestay yang juga di dampingi oleh beberapa orang pendamping dari DInas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto, akan mempelajari sistem management bisnis dan pengelolaan Homestay yang baik sehingga bisa menjadi tujuan Favorite bagi para wisatawan yang datang. Di Terengganu, dengan Homestay saja konomi masyarakat menjadi hidup dan tumbuh dengan baik. Para wisatawan pun lebih memilih tinggal di Homestay daripada tinggal di Hotel Berbintang. Hal ini dikarenakan pelayanan Homestay yang sangat berbeda dengan pelayanan hotel.



Homestay akan menganggap tamu yang datang adalah bagian dari keluarga mereka. Jadi pembicaraan yang hangat serta cerita tentang sejarah atau budaya kota tersebut dapat dirasakan jika tinggal di Homestay. Hal itu juga yang telah di rasakan oleh beberapa tamu yang datang ke Homestay Sawahlunto dari berbagai negara. Mereka merasa seperti hanya berpindah rumah dan menikmati yang terasa seperti di rumah sendiri...

Hasil Study banding Anggota Asosiasi Homestay ini akan diangkat dalam rapat Asosiasi. Agar anggota Asosiasi Homestay Sawahlunto lainnya yang tidak ikut ke Terengganu dapat menyerap apa-apa saja layanan dan fasilitas yang diberikan oleh Homestay yang ada di Terengganu. Mudah-mudahan dari kunjungan ini, pelayanan Homestay di Sawahlunto akan menjadi lebih baik lagi sehingga makin banyak wisatawan yang datang ke Sawahlunto dan merasa betah berada di Kota Sawahlunto tercinta ini.. (seegetz)


kunjungi :


Monday, May 16, 2011

Hari ini jalanan di kota sawahlunto begitu marak dan penuh dengan lautan siswa yang berpakaian seragam putih abu plus corat coret serta asesoris lainnya. Tawa riang dan kegembiraaan begitu terpancar dari wajah-wajah mereka yang berkumpul di lapangan segitiga halaman kantor PT. Bukit Asam Unit Produksi Ombilin.

Ya, hari ini adalah pengumuman hasil kelulusan bagi siswa-siswi putih abu.. alias siswa yang duduk di tingkat SMA atau SMK dan juga MAN. Dari data yang saya peroleh dari Dinas Pendidikan Kota Sawahlunto kelulusan Ujian Nasional yang diperoleh tahun ini meningkat menjadi 99.19%, dengan kata lain dari 745 ORang peserta yang tidak lulus hanya 6 ORang saja.

"walaupun kita tidak berada dalam list prestasi, namun saya cukup berbangga karena Sekolah terbaik tahun kemarin pun tidak masuk daftar prestasi pada tahun ini. SMAN 1 Padang Panjang dan SMAN 10 Padang juga tidak berada di urutan yang berprestasi" ujar Dr. Herman Nirwana selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Sawahlunto.

Saya ucapkan selamat kepada adik2 yang telah dinyatakan lulus, dan bagi yang tidak lulus.. jangan kecewa karna perjuangan anda TIDAK HARUS berhenti disini. Tetap semangat demi masa depan yang lebih cerah...!!!


Lihat juga artikel lainnya di :
Cendana Homestay
Homestay Sawahlunto
Cendana Multiply
Si-Agit
Balairung Pelaminan

Sumber : Jendela Kita >>  Written by muherni   

Dari 43 rumah yang tergabung dalam asosiasi homestay kota Sawahlunto, 25 diantaranya mendapat predikat layak sebagai homestay dan berhak atas sertifikat beserta logo homestay.

Penilaian terhadap homestay ini dilakukan oleh tim gabungan dari Dinas Pariwisata, Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan Hidup beberapa bulan yang lalu yang menyatakan 14 rumah di Talawi, 9 di Lembah Segar dan 4 di Silungkang layak sebagai homestay.

Sertifikasi homestay ini diberikan oleh Dinas Pariwisata Sawahlunto sebagai upaya melengkapi prasarana pendukung pariwisata yaitu penginapan yang layak. Disamping itu upaya ini juga akan berdampak pada pendistribusian pendapatan pada masyarakat dari sector wisata.

Walikota Sawahlunto yang menyerahkan secara simbolis sertifikat homestay kepada Ketua Asosiasi Homestay Sawahlunto Kamsri Benty memesankan agar pengusaha homestay kota ini mampu mengembangkan ciri khas atau karakter tersendiri sehingga ciri khas tersebut dapat meninggalkan kesan yang baik bagi orang yang menginap dan kesan inilah yang akan menjadi daya tarik orang untuk kembali datang.
“Di Malaysia wisatawan asing lebih senang menginap di homestay daripada di hotel, walaupun tarifnya bisa lebih mahal. Di homestay wisatawan bisa menyerap budaya local, kondisi ini yang disenangi wisatawan” ujar Amran. “Saya ingin orang memilih menginap di homestay bukan karena kebetulan hotel penuh, atau karena harga murah. Tetapi hendaknya orang ingin menginap di homestay karena ingin merasakan kesan dan suasana tersendiri”.

kunjungi :

Sunday, May 15, 2011

SYOFYAN WANANDI

SAWAHLUNTO, HALUAN — Pengem­bangan pariwisata tingkat kabupaten/kota di Sumatera Barat harus memiliki satu kesatuan yang saling mendukung, saling menutupi dan saling melengkapi satu dengan lainnya. Bentuknya, berupa sajian rangkaian paket wisata Sumbar yang beragam dari berbagai kabupaten dan kota yang ada.

Implementasinya, dengan semakin banyak objek wisata, akan semakin besar peluang pengembangan pariwisata itu sendiri. Jangan sampai, bebe­rapa daerah justru memiliki objek wisata yang sama, sehing­ga tidak ada keragaman yang berujung pada kebosanan bagi wisatawan.

“Untuk mengembangkan pariwisata di Sumbar, memang membutuhkan kesepakatan antar kepala daerah yang ada, adanya satu grand desain yang harus dipegang dan disepakati bersama. Sebab, pariwisata tidak bias hanya dibangun dengan komitmen satu daerah saja,” ujar pengusaha nasional, yang juga putra Kota Sawahlunto Syofyan Wanandi kepada Ha­luan, belum lama ini.


Saya mendengar dan men­dapat informasi, lanjut Syofyan, masih ada kepala daerah di Sumbar yang mengembangkan objek wisata yang telah dikem­bangkan di daerah tetangga. Sehingga terjadi persaingan dalam pengembangan pariwi­sata, bukan iklim pariwisata yang saling mendukung dan saling menguntungkan.

“Untuk potensi alam, sebe­narnya Sumbar cukup banyak. Namun penge­lolaan yang belum maksimal. Termasuk masalah kerja sama dalam bidang kepariwisataan antar daerah yang sangat minim,” ujarnya.

Semestinya, pembangunan pariwisata dilaksanakan secara bersama, dengan satu komit­men dari seluruh kepala daerah tingkat kabupaten dan kota. Sehingga tercipta jaringan dan rangkaian wisata yang men­dukung, bukan saling berebut dengan objek wisata yang sama.

Mungkin di Sawahlunto menonjolkan objek wisata air water boom, kereta api Mak Itam, objek wisata bekas tam­bang peninggalan Belanda. Sedangkan Padang, mungkin dengan wisata pantainya yang indah. Dilengkapi lagi dengan keelokan panorama Ngarai Sionak di Bukittinggi.

Rangkaian wisata itu sema­kin berkem­bang dengan wisata sejarah di Kabupaten Tanah Datar, Lembah Harau di Paya­kumbuh, dan berbagai objek wisata lainnya, yang dapat mendukung keragaman potensi wisata Sumbar yang ada.

Syofyan sendiri melihat Sawah­lunto sangat intens dalam mengem­bangkan pari­wisata. Namun tidak memiliki dukungan yang kuat dari daerah tetangga. Bahkan, apa yang dikembangkan di Sawahlunto, juga menjadi ide yang dikem­bangkan di daerah tetangga yang masih kawasan Sumbar.

Hal itu menurutnya, sangat disayangkan. Karena yang mun­cul justru pariwisata yang saling menjatuhkan, memakan yang satu dengan yang lain. Akibatnya, pengembangkan pariwisata menjadi lamban.

Padahal, secara potensi baik alam, sejarah maupun budaya Sumbar sendiri terbilang besar. Ditambah lagi dengan objek wisata buatan yang mampu memperbesar penyerapan wisa­tawan. Tetapi, hal itu dikem­balikan lagi kepada komitmen dari seluruh daerah untuk me­ma­jukan pariwisata secara bersa­ma, bukan terpisah-pisah. (h/dil)

Sumber : HALUAN

Saturday, May 14, 2011

“Kami punya tim kreatif menjemput bola ke sekolah-sekolah untuk meramaikan Waterboom,”  ujar Direktur PT Wahana Wisata Sawahlunto, Doni Fahera kepada Padang Ekspres, Kamis (12/5).

Menurut Doni, hari libur nasional maupun libur sekolah, merupakan momen penting menambah pundi-pundi uang. “Waktu liburan, jangan sampai terlewatkan. Karena itu, harus kreatif dan dapat memanfaatkan waktu berharga tersebut menambah kocek dalam menggaet kunjungan wisata ke daerah,” ujarnya.

Dikemukakan Doni, usai ujian nasional (UN), pelajar banyak mengunjungi Waterboom. “Kami berikan bonus dan paket istimewa kepada pengunjung. Seperti SMPN 2 Kubung Solok. Tidak kurang dari 450 orang pelajar menggelar acara perpisahan di Waterboom Sawahlunto. Mereka  puas dan senang mandi-mandi serta membawa kenangan indah bagi teman-teman sekolahnya,” ujar Doni.


Doni menambahkan, pihaknya akan memberikan paket gratis berbagai fasilitas maupun jenis permainan lainnya di Waterboom. Seperti orgen untuk bermain musik, tenda dan kusi-kursi tamu.

“Begitu pula dengan berbagai jenis permainan lainnya seperti flying fox, pelampung dan bola-bola air, sehingga mereka senang dan merasa puas datang ke Waterboom,” imbuhnya.

Menurut Doni, usai UN kemarin, Waterboom tidak hanya dipadati pelajar yang memanfaatkan massa liburnya. Malahan melalui tim kreatif ke sekolah-sekolah ke berbagai daerah, Waterboom sampai saat ini sudah ada yang mencarternya.

Seperti SMPN 3 Pesisir Selatan, SMPN Taluak Kuantan, SMPN Tanahdatar, SMPN Pasaman Barat dan SMPN 13 Payakumbuh. “Selama ini, tim kreatif sudah maksimal mengunjungi sekolah. Hasilnya cukup memuaskan, dari Januari sampai April lalu, pemasukan keuangan Waterboom telah mencapai Rp550 juta. Hasil ini meningkat Rp150 juta dari hasil tahun 2010,” terang Doni.

Waterboom tidak pernah sepi kegiatan maupun menggelar promosi ke sekolah-sekolah. Mereka diberikan paket istimewa bernama paket Rp25 ribu, dengan catatan pelajar yang berkunjung minimal 300 orang. “Kepada mereka, diberikan bonus gratis memakai fasilitas yang ada di Waterboom,” tukasnya.
Sementara untuk pengunjung berkeluarga dan bisnis, Waterboom juga menyediakan sarana informasi lainnya. Seperti Hot Spot, dimana para pengunjung dapat bermain internet di lokasi permandian.

“Bila anak-anak dan keluarga sedang mandi, maka keluarga lainnya bisa chating di dunia maya. Bisa bermain internet sepuasnya tanpa membayar sepeserpun, “ ungkap Doni. (*)

Thursday, May 12, 2011

“Hingga saat ini sekitar 460 orang dari berbagai daerah di nusantara sudah mendaftar untuk mengikuti Kejuaraan Nasional Bridge tingkat pelajar dan Mahasiswa yang akan digelar di Sawahlunto dari 13 s/d 17 Mei mendatang” ujar Setdako Sawahlunto Zohirin Sayuti yang sekaligus mengetuai pelaksanaan iven nasional Kejuaraan Bridge dan Open Turnamen Walikota Cup saat jumpa pers (6/5) di Balaikota.

Menurut Zohirin akan ada tiga turnamen berjalan sekaligus yaitu  Kejurnas Bridge pelajar ke-8 di aula BDTBT,  Kejurnas Bridge Mahasiswa ke-13  di GPK serta  Open Tournament Bridge Walikota Cup VII di Aula PTBA, sedangkan juri wasit akan hadir dari Pengurus Besar GABSI pusat.


Helat event Nasional ini rencananya akan dibuka oleh Dahlan Iskan ketua Pengurus Besar Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (PB GABSI) yang saat ini juga menjabat Dirut PLN Pusat dan dihadiri oleh Wakil Menteri Pendidikan Fasli Djalal.

Kejurnas Bridge yang akan digelar di Sawahlunto ini merupakan buah yang dipetik dari  perhatian besar Walikota Sawahlunto Amran Nur terhadap kemajuan cabang olahraga yang menuntut peras otak ini.

“Tercatat dalam sejarah cabang olahraga Bridge baru dapat diterima sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan pada Porprov  Sumbar ke-9 yang diselenggarakan di Sawahlunto. Itu setelah perjuangan dan lobi-lobi oleh Pak Amran” ujar Gustav  Sekretaris panitia Kejurnas yang juga merupakan ‘Suhu’ olahraga Bridge di Sawahlunto.

Karena alasan itulah menurut Gustav, Kongres Musyawarah Nasional GABSI di Batam pada 2010 lalu mempercayakan Sumatera Barat sebagai tuan rumah Kejurnas kali ini. Dan kebetulan di Sumatera Barat hanya Sawahlunto yang rutin menyelenggarakan tournament bridge semenjak beberapa tahun terakhir.

Event berskala nasional ini selain sebagai ajang untuk memajukan olahraga, sekaligus dimanfaatkan sebagai ajang memperkenalkan pariwisata oleh Pemko Sawahlunto. Karena itu dalam pelaksanaannya nanti bagi peserta tingkat pelajar akan diberi paket khusus yaitu City Tour ke objek-objek wisata serta penginapan bagi atlet mahasiswa dan pelajar luar kota. (Rni)

Sunday, April 10, 2011

Kota Sawahlunto, dulu dikenal sebagai kota penghasil batubara terbesar di Indonesia. Potensi cadangan batu bara yang sangat besar di kawasan sekitar Sungai Ombilin itu pertama kali ditemukan oleh geolog asal Belanda, William Hendrik De Greve, pada 1868 dan mulai dilakukan penambangan sejak 1891.
Setelah sekitar 110 tahun dieksploitasi, sejak 2000/2001 cadangan batu bara terbuka di Sawahlunto telah habis dan PT Bukit Asam sudah menghentikan kegiatannya di kota yang dijuluki “Kota Kuali” karena lokasinya berada di bawah dan dikelilingi perbukitan itu.
Akibatnya, sekitar 7.000 orang yang merupakan karyawan pertambangan beserta keluarganya meninggalkan Kota Sawahlunto karena tidak ada lagi mata pencaharian atau usaha yang bisa mereka kerjakan, sehingga sejak itu kota tambang bersejarah peninggalan zaman penjajahan Belanda itu terancam menjadi “kota mati”.
Walikota Sawahlunto, Amran Nur, mengatakan, pada 2000 sampai 2004 menjadi masa-masa tersulit bagi Sawahlunto karena tambang terbuka PT Bukit Asam berhenti, yang disusul penurunan drastis jumlah penduduk.

Pada masa itu, katanya, kegiatan penambangan batu bara tanpa izin sangat banyak, dan secara umum Sawahlunto saat itu memiliki angka kriminalitas tinggi, ketertiban umum terganggu, lingkungan serta sarana umum rusak akibat kegiatan penambangan tanpa izin.
“Pertumbuhan ekonomi Kota Sawahlunto pada periode 2000-2003 negatif, yang terlihat dari berkurangnya aktivitas ekonomi di seluruh sektor seperti perdagangan, industri, usaha kecil menengah (UKM), pariwisata, jasa dan lain-lain,” kata Amran Nur menceritakan pengalamannya membangun kembali Sawahlunto.
Menurut Amran yang men jabat sejak 2003 itu, ada sekitar 100 bangunan peninggalan Belanda yang memiliki nilai sejarah tinggi seperti terowongan bekas penambangan, lokasi luas bekas penambangan terbuka, serta rel dan kereta api pengangkut batu bara. Dengan aset bersejarah itu, katanya, Kota Sawahlunto sejak beberapa tahun terakhir berbenah diri menjadi “Kota Wisata Tambang yang Berbudaya”.
“Dengan aset peninggalan itu, kita lebih menghayati arti kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Apalagi yang bekerja di tambang batu bara waktu itu adalah orang-orang hukuman, yang disebut sebagai ‘orang rantai’ yang berasal dari berbagai suku di Indonesia. Sisa-sisa peninggalan zaman penjajahan Belanda masih jelas terlihat di sini,” kata Amran yang menjabat Wali kota Sawahlunto untuk periode kedua sejak 2008 itu.
Hal itulah yang menjadi inspirasi untuk merenovasi sejumlah bangunan peninggalan Belanda untuk dijadikan obyek wisata andalan bekas Kota Arang (Batubara) itu.
Sejumlah bangunan kuno di “Zona Kota Lama” atau di pusat Kota Sawahlunto mulai direnovasi. Salah satunya adalah Stasiun Sawahlunto yang kini dijadikan Museum Kereta Api Sawahlunto, yang merupakan museum kereta api kedua di Indonesia setelah Ambarawa di Jawa Tengah. Jalur KA di sana dibangun oleh Belanda pada tahun 1892 dari Sawahlunto menuju ke Pelabuhan Teluk Bayur (dahulu bernama Emmahaven) Padang untuk mengangkut batu bara.

Museum KA Sawahlunto kini juga menyimpan lokomotif uap tua peninggalan Belanda yang oleh masyarakat setempat dinamakan Mak Itam (karena berwarna hitam-red). Lokomotif itu sempat berada di Museum KA Ambarawa sebelum diambil kembali oleh Pemerintah Kota Sawahlunto.

Bangunan dapur umum yang dulu dibangun penjajah Belanda pada 1918 untuk menyuplai makanan bagi para penambang batubara (orang rantai) dan pasien rumah sakit, kini juga sudah direnovasi menjadi Museum Goedang Ransoem yang antara lain menyimpan sejumlah peralatan masak seperti dua tungku pembakaran berikut dua kuali berukuran raksasa yang masih utuh dan berumur lebih dari 100 tahun.

Sedangkan bekas terowongan penambangan batubara pertama di Sawahlunto, yang beroperasi pada 1898 hingga ditutup pada 1932 karena tingginya rembesan air, juga telah direnovasi pada 2007 sepanjang 186 meter.

Menurut juru kunci sekaligus “guide” (pemandu) Lubang Mbah Soero, Wilizon, yang biasa disapa Pak Win, terowongan itu diresmikan pada 28 April 2008, dan diberi nama “Wisata Lubang Tambang Mbah Soero”.
Nama Mbah Soero, kata Pak Win, diambil dari nama mandor pertambangan masa penjajahan Belanda bernama Soero yang sangat disegani oleh para buruh dan warga sekitar.

Di dekat lokasi lubang tambang itu, bekas Gedung Pertemuan Buruh (GPB) Perusahaan Tambang Batu bara Ombilin yang dibangun pada 1947 disulap menjadi Info Box (Galeri Tambang) yang berisi berbagai informasi kepariwisataan di Sawahlunto.

Di wilayah utara Sawahlunto, kawasan bekas tambang terbuka kini juga telah dijadikan Wisata Resort Kandih yang antara lain berisi taman satwa, road race standar nasional, gelanggang pacuan kuda berstandar nasional, wisata air, bumi perkemahan, sirkuit motor cross, skala nasional. Sedangkan di wilayah selatan, Pemerintah Kota Sawahlunto juga membangun Waterboom pertama di Sumatra Barat.

Motor penggerak
Amran Nur mengatakan, pengembangan sektor pariwisata di kota bersejarah itu mampu menjadi motor penggerak sektor lain seperti jasa, perdagangan, restoran, dan hasil kerajinan masyarakat setempat.
Menurut dia, sektor pariwisata menjadi perhatian Sawahlunto. Banyaknya wisatawan yang datang, lanjutnya, telah mampu menggairahkan pertumbuhan ekonomi masyarakat di sektor lainnya seperti sektor pendidikan serta pengembangan ekonomi kerakyatan di bidang pertanian, perkebunan, dan UKM.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, pada 2004 jumlah wisatawan ke Sawahlunto hanya sekitar 14.425 orang, namun pada 2010 meningkat menjadi 645.020 orang. Banyaknya wisatawan yang datang ke Sawahlunto, katanya, telah menggairahkan pertumbuhan sektor lainnya seperti kerajinan tenun songket, restoran dan menginspirasi berdirinya sebuah hotel pada 2011,
Kini, katanya, pendapatan perkapita masyarakat Sawahlunto yang berpenduduk sekitar 57 juta jiwa itu juga telah meningkat dari Rp9,88 juta per tahun per orang pada 2003 menjadi Rp18,93 juta per tahun per orang pada 2010.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumbar, dengan angka itu, Sawahlunto menduduki posisi nomor tiga tertinggi di Provinsi Sumatera Barat dan berada di atas rata-rata pendapatan perkapita provinsi itu. “Pada 2013 kami proyeksikan meningkat menjadi Rp26,43 juta per tahun per orang,” kata Amran Nur.
Pemerintah Sawahlunto juga sangat memperhatikan sumber daya manusia masyarakat setempat melalui sektor pendidikan yang berkualitas, termasuk penguatan kemampuan berbahasa Inggris. Pada 2010, jumlah siswa SLTA yang diterima di perguruan tinggi negeri mencapai 222 siswa, atau jauh meningkat dibanding pada 2006 yang hanya 39 siswa.

Di sektor kesehatan, kata Amran Nur, sekitar 82 persen warga Sawahlunto kini telah terjamin melalui berbagai asuransi kesehatan, yang bekerja sama dengan beberapa rumah sakit seperti RSU Solok dan RSUP M Jamil Padang.

“Telah terjadi perubahan perilaku masyarakat yang semula apatis terhadap pemerintah dan kegiatan pembangunan menjadi mendukung dan menjaga kegiatan pembangunan dan investasi di bidang pariwisata mulai berjalan,” katanya.

Berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Sawahlunto dibawah kepemimpinan Amran Nur telah membuahkan hasil dan pada 2010 Pemerintah Kota Sawahlunto masuk dalam 30 daerah yang menjadi nominator penerima penghargaan Innovative Government Award (IGA) yang diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri.

Keberhasilan Pemerintah Kota Sawahlunto itu pulalah yang nampaknya menjadi pertimbangan pemerintah pusat menjadikan Sawahlunto sebagai salah satu tuan rumah penyelenggaraan Orientasi Kepemimpinan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 2011 bagi bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota.
Enam peserta orientasi, yakni Wakil Bupati Wonosobo, Hj Maya Rosida, Wakil Wali Kota Sleman, Yuni Satia Rahayu, Bupati Kepulauan Meranti, Irwan, Bupati Manggarai Barat, Agustinus CH Dula, Wakil Bupati Blitar, Rijanto, dan Wakil Bupati Sumenep, Soengkono Sidik, pada 4-5 April 2011, mengunjungi Sawahlunto untuk menimba ilmu dari kota kecil seluas 273,45 km persegi tersebut.Wakil Bupati Sumenep, Soengkono Sidik, mengatakan, topik yang ingin diangkat adalah bagaimana kiat-kiat meningkatkan ekonomi kerakyatan.
“Kami ingin belajar dari Sawahlunto, bagaimana membangun atau menghidupkan kota yang sebelumnya hampir menjadi ‘kota mati’, hingga menjadi kota yang kembali segar bugar dan lebih maju,” kata Soengkono Sidik. (*) >> Sumber <<