Sunday, May 15, 2011

SYOFYAN WANANDI

SAWAHLUNTO, HALUAN — Pengem­bangan pariwisata tingkat kabupaten/kota di Sumatera Barat harus memiliki satu kesatuan yang saling mendukung, saling menutupi dan saling melengkapi satu dengan lainnya. Bentuknya, berupa sajian rangkaian paket wisata Sumbar yang beragam dari berbagai kabupaten dan kota yang ada.

Implementasinya, dengan semakin banyak objek wisata, akan semakin besar peluang pengembangan pariwisata itu sendiri. Jangan sampai, bebe­rapa daerah justru memiliki objek wisata yang sama, sehing­ga tidak ada keragaman yang berujung pada kebosanan bagi wisatawan.

“Untuk mengembangkan pariwisata di Sumbar, memang membutuhkan kesepakatan antar kepala daerah yang ada, adanya satu grand desain yang harus dipegang dan disepakati bersama. Sebab, pariwisata tidak bias hanya dibangun dengan komitmen satu daerah saja,” ujar pengusaha nasional, yang juga putra Kota Sawahlunto Syofyan Wanandi kepada Ha­luan, belum lama ini.


Saya mendengar dan men­dapat informasi, lanjut Syofyan, masih ada kepala daerah di Sumbar yang mengembangkan objek wisata yang telah dikem­bangkan di daerah tetangga. Sehingga terjadi persaingan dalam pengembangan pariwi­sata, bukan iklim pariwisata yang saling mendukung dan saling menguntungkan.

“Untuk potensi alam, sebe­narnya Sumbar cukup banyak. Namun penge­lolaan yang belum maksimal. Termasuk masalah kerja sama dalam bidang kepariwisataan antar daerah yang sangat minim,” ujarnya.

Semestinya, pembangunan pariwisata dilaksanakan secara bersama, dengan satu komit­men dari seluruh kepala daerah tingkat kabupaten dan kota. Sehingga tercipta jaringan dan rangkaian wisata yang men­dukung, bukan saling berebut dengan objek wisata yang sama.

Mungkin di Sawahlunto menonjolkan objek wisata air water boom, kereta api Mak Itam, objek wisata bekas tam­bang peninggalan Belanda. Sedangkan Padang, mungkin dengan wisata pantainya yang indah. Dilengkapi lagi dengan keelokan panorama Ngarai Sionak di Bukittinggi.

Rangkaian wisata itu sema­kin berkem­bang dengan wisata sejarah di Kabupaten Tanah Datar, Lembah Harau di Paya­kumbuh, dan berbagai objek wisata lainnya, yang dapat mendukung keragaman potensi wisata Sumbar yang ada.

Syofyan sendiri melihat Sawah­lunto sangat intens dalam mengem­bangkan pari­wisata. Namun tidak memiliki dukungan yang kuat dari daerah tetangga. Bahkan, apa yang dikembangkan di Sawahlunto, juga menjadi ide yang dikem­bangkan di daerah tetangga yang masih kawasan Sumbar.

Hal itu menurutnya, sangat disayangkan. Karena yang mun­cul justru pariwisata yang saling menjatuhkan, memakan yang satu dengan yang lain. Akibatnya, pengembangkan pariwisata menjadi lamban.

Padahal, secara potensi baik alam, sejarah maupun budaya Sumbar sendiri terbilang besar. Ditambah lagi dengan objek wisata buatan yang mampu memperbesar penyerapan wisa­tawan. Tetapi, hal itu dikem­balikan lagi kepada komitmen dari seluruh daerah untuk me­ma­jukan pariwisata secara bersa­ma, bukan terpisah-pisah. (h/dil)

Sumber : HALUAN

Anda sedang membaca artikel dengan judul Pariwisata Mesti Punya Grand Design dan anda bisa menemukan artikel Pariwisata Mesti Punya Grand Design ini dengan url https://parmato-hitam.blogspot.com/2011/05/pariwisata-mesti-punya-grand-design.html. Silahkan menyebarluaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Pariwisata Mesti Punya Grand Design ini sangat bermanfaat bagi anda ataupun teman-teman anda, namun JANGAN LUPA untuk meletakkan link Pariwisata Mesti Punya Grand Design sebagai sumbernya. TERIMAKASIH

0 Komentar: