Sebuah acara “hebat” Resmi dimulai di Sawahlunto pada tanggal 3 Desember 2010, event multicultural festival bertaraf internasional - Sawahlunto Internasional Music Festival (SIMFes). Dalam rangka memeriahkan perayaan 122 tahun usia kota arang itu, SIMFes dimulai sejak tanggal 3-5 Desember di salah satu icon wisata kota sawahlunto, yaitu Museum Goedang Ransoem. Tentu saja Cendana Homestay sangat antusias dalam memeriahkan acara ini, karna Cendana Homestay berada tepat di sebelam Museum Goedang Ransoem.
Dalam Festival ini berkumpul para musisi dan budayawan asal nasional maupun internasional seperti Talago Buni (Sumatra Barat), Togat Nusa (Mentawai), Komunitas Kreatif (FBS-Universitas Negeri Padang), Keroncong Toegoe (Jakarta), Kota Arang Perkusi (Swahlunto), La Gandie dan MinangaPentagong Jazzetnik berasal dari ISI Padang Panjang. Sedangkan musisi dari luar negeri, Sangerel Tserevsamba (Mongolia), Klaus Der Geiger (Jerman), Aly Keita (Afrika), Mohamad Faizal (Singapura) dan Musik Etnik Melaka (Malaysia)
“Event ini merupakan suatu kebanggaan dan sekaligus kehormatan bagi kota Sawahlunto, menyelenggarakan sebuah festival musik bertaraf internasional. Dan dapat mengenalkan pariwisata kota budaya ini kepada turis asing maupun masyarakat Indonesia,” ungkap Walikota Sawahlunto Amran Nur
Sawahlunto merupakan kota tua bekas pabrik tambang batubara yang sekarang menjadi salah satu daerah tujuan wisata penting di Sumatra Barat. Sesuai visinya, menjadikan Sawahlunto sebagai kota tambang yang berbudaya, maka berbagai upaya merevitalisasi warisan sejarah dan budaya telah dilakukan, salah satu penunjangnya adalah SIMFes.“Latarbelakang pelaksanaan kegiatan tersebut, Sawahlunto merupakan kota bersejarah yang tumbuh dan berkembang dalam semangat keragaman etnisitas yang dinamis,” kata Amran. Tentunya, sejarah kota ini tidak dapat dilepaskan dari kehadiran berbagai suku bangsa dari Asia, Eropa, Nusantara dan lokal Minangkabau yang kemudian membentuk mozaik kebudayaan yang masih membekas dengan nyata sampai hari ini.
Sementara itu, kurator Edy Utama mengatakan, pemberian nama SIMfes pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan dialog budaya antar bangsa, berdasarkan semangat idealisme yang masih ada.
Artinya meskipun masing-masing musisi berasal dari latar belakang budaya atau tradisi musik etnik tertentu, namun mereka telah mengkreasikannya menjadi suatu yang baru tanpa kehilangan identitas asalnya. “Ide penyelenggarakan sebuah festival musik bertaraf internasional muncul dari walikota,” ungkapnya.
Tak hanya itu, dalam rangkaian HUT tersebut, Pemko Sawahlunto juga mengelar beberapa kegiatan perlombaan olah raga, pasar malam, festival band Sumbar, Riau dan Jambi. Festival permainan anak nagari, pergelaran seni dan prosesi bajamba serta tabuik. Selain itu, juga digelar pekan Muharam. Ada pameran buku-buku Islam, MTQ festival, qasidah, rabana, pameran pakaian muslim dan tabliq akbar. Di samping menampilkan kebudayan Minang, dalam rangkaian kegiatan tersebut juga ditampilkan pergelaran wayang kulit dan atraksi kuda kepang dan reog ponorogo. Tak ketinggalan, juga dilaksanakan pacu kuda Sawahlunto Derby 2010, yang dipusatkan di gelanggang pacu kuda kandi pada 11-12 Desember 2010, disponsori Bank Nagari dan disiarkan langsung di TVRI Sumbar. **dipetik dari berbagai sumber** Cendana Homestay - isi berita
0 Komentar:
Post a Comment