1 DESEMBER 2010 ini telah menjadi catatan sejarah bagi masyarakat Kota Sawahlunto, 122 Tahun sudah usia sebuah kota kecil yang hampir terlupakan ini. Dulu pada saat jaman penjajahan Belanda tepatnya Tahun 1888, kota ini dikenal sebagai penghasil batubara berkualitas terbaik. Kota ini juga bahkan pernah menjadi penopang perekonomian sumatera barat, bahkan salah satu aset berharga bagi Indonesia. Setelah PT. Bukit Asam Ombilin menghentikan penggalian batubara dari perut bumi, maka mulai lah kota ini seperti kota mati. Satu persatu masyarakatnya meninggalkan kota ini dan mencari nafkah ke negri orang. Karna sudah tidak ada lagi yang bisa di harapkan dari kota kecil ini.
Hingga akhirnya, datanglah seorang penyelamat dari Putra Sawahlunto Asli. Bapak Ir. H. Amran Nur yang mendapat amanah dari masyarakat Kota Sawahlunto sebagai Walikota periode 2003/2008 yang berpasangan dengan Fauzi Hasan, disaat itulah Amran Nur dengan mata basah dan suara sedikit parau karena sedih melihat nasib kota kelahirannya, melontarkan sebuah kata kepastian, “Saya (Amran Nur) pulang dari perantauan untuk membangun kembali kampung halaman.” Dan perlahan tapi pasti, sejak dipimpin oleh Ir. H. Amran Nur pada tahun 2003, Kota Sawahlunto menggeliat. Tangan dingin bapak dari 2 orang putri ini berhasil mengangkat nama Kota Sawahlunto kembali ke permukaan dan kejayaan. Sekarang, Sawahlunto bukan hanya dikenal sebagai penghasil Batubara, tapi juga sebagai sebagai daerah kunjungan wisata.
Kini gendang pariwisata berbunyi, satu persatu wajah kota maupun sarana penunjang mulai unjuk diri Sumbar pun terguncang oleh buah tangan putra daerah dari Talawi Kota Sawahlunto dan kota ini mulai dengan gebyar nya bendera pariwisata pun berkibar megah langkah menuju kepastian untuk menemui jati diri kota ini pun mulai menjadi buah bibir Sumbar.
122 hari jadi Kota Tambang yang berbudaya di Tahun 2010 tepatnya 1 Desember, masyarakat dan pemimpin kota ini beserta segenap anggota dewan maupun tokoh agama, bundo kanduang, tokoh adat unsur pelajar, perantau dan beragam suku daerah yang menghuni Kota Sawahlunto (Multi Etnis) akan melaksanakan ritual Tahunan yaitu makan bajamba yang berlokasi ditengah pusat Kota Sawahlunto.
Walikota Sawahlunto Ir. H. Amran Nur, yang didampingi Wakil Walikota H. Erizal Ridwan mengatakan, makan bajamba adalah satu tradisi adat Minangkabau di Sumatera Barat yang dilaksanakan dalam upacara adat, pesta adat dan pertemuan pertemuan penting lainnya. Masyarakat menggelar makan bajamba lengkap dengan petatah petitih oleh Pemuka Adat (datuk) serta dihadiri oleh seluruh lampisan masyarakat.
Makan bajamba adalah prosesi makan secara bersama-sama yang diawali dengan petatah petitih adat Minangkabau oleh Pemuka Adat (Datuk) secara haraflah makan bajamba dialam Minangkabau mengandung makna yang sangat dalam, prosesi makan bersama ini untuk memunculkan rasa kebersamaan yang tanpa melihat status masyarakatnya.
Hal ini yang menarik untuk teradisi makan bajamba di Kota Sawahlunto, masyarakat yang beragam suku etnis, hidup harmonis saling menghargai biarpun berbeda latar belakang dan suku terlihat pada saat merayakan hari jadi Kota Sawahlunto semua bersuka ria merayakan dan memeriahkan ulang tahun Kota dengan Motto: Walau Berbeda Suku dan Budaya Tetapi Satu Dalam Membangun Sawahlunto Menuju Kota Wisata Tambang Yang Berbudaya.
Wednesday, December 1, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Komentar:
Post a Comment