Saat sedang browsing internet, aku melihat sebuah sudut kota kecil yang sangat aku rindukan,... SAWAHLUNTO. Sebuah kota kecil dimana asal usulku dimulai... dimana banyak kenangan indah tersimpan di sana... Aku ingin sedikit bercerita tentang kota kelahiranku.. tempat dimana aku menemukan kasih sayang dan kebersamaan dalam hidup bermasyarakat.
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_sbA5WsQn_o4MXlKZTTtG7pjYxSrsXl9q6lrZyeIn_Icfu2AkYNBorWAwsdC1K5r8wH0Pm15znFLl2sXrjLFnW1jEG420laZ6f9GgxNepLEjFpi=s0-d)
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_uqTIfrsMX5CvVFIXjnjJUY3X0n2uSDQJQwy0Szt8LV0_ey3NHwOZ9VgHNKoK5Qz3pNPSisBVz89J3bLIi4LgmgMfmqAVVEaUrJHta86isDZb2JIF2PXXNb=s0-d)
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_vxUBYrFxNOLAQabyMwHjOnFhSbqGUEgKL_WUKWQu8znZPKrYVVpEM5L7wJ2icwzOgd8BG0CrDbfMSK1u_405ajijdAP8Zj3IcGpdNGblA_2XvkbA=s0-d)
Aku lahir di Sawahlunto, pada tahun 1977. Dari pasangan Edy Warno
Kota-ku (maksudnya kota kelahiran-ku.. hehehe.. ) dikelilingi oleh bukit. Ada puncak "Mato Aia" (mata air), ada puncak Polan (yang konon diambil dari nama negara seorang pastor (Polandia) yang hilang di puncak tersebut karna dibawa oleh mahluk halus - orang bunian). Dulu, kedua bukit inilah tempat aku dan teman-temanku camping/berkemah. Dari puncak ini, aku dapat menyaksikan "Hongkong diwaktu malam" itu. Memang,..begitu indah..!!!
Sawahlunto berada +/- 110 KM dari kota Padang. Jika menempuh jalan darat (Lha,.. memang cuma ada jalan darat untuk menuju kota ini kok.. hehehe ), maka Padang-Sawahlunto +/- 2,5 Jam kearah Sijunjung. Sampai di Muaro Kalaban, belok ke kiri menuju Sawahlunto. Sebelum sampai ke kota, kita akan menikmati jalan yang berbelok-belok (waktu aku kecil, aku sering muntah kalo melewati jalan ini), dan di sisi kiri jalan kita akan melihat pemandangan indah perbukitan khas Sawahlunto. (Hiks.. kangennya aku dengan kota ini ...).
Kotaku sangatlah kecil, tapi wilayahnya cukup luas. Karna struktur geografis kota Sawahlunto yang berbukit, maka kota-kota kecil tersebar dan berpencar terhalang bukit. Di kota-ku, banyak ragam budaya disana. Walau mayoritasnya diisi oleh jawa dan keturunan. Mungkin 50% penduduk Sawahlunto adalah suku Jawa dan keturunannya, dan beberapa % ber-suku Minang, Batak, Aceh, Sunda, dll. Jadi sangat wajar, jika Sawahlunto juga dikenal dengan istilah kota Multikultural or Multietnik. Kota yang penduduk terdiri dari berbagai macam suku dan golongan. Itulah yang membuat Sawahlunto menjadi kota yang unik di mataku.... Belum lagi bangunan-bangunan tua khas arsitektur Belanda. Sekolah TK ku-Santa Lucia, adalah sekolah dengan bangunan peninggalan Belanda. Bersebelahan dengan Gereja yang juga khas peninggalan Belanda. Disebelahnya lagi ada gedung koperasi Ombilin, juga bangunan Belanda. Bank Mandiri sekarang, juga Bangunan Belanda. Dan yang paling besar adalah Gedung Kantor PT BA Ombilin yang berdiri kokoh dan gagah melambangkan kentalnya kekuasaan Belanda di sana.
Hmm... Sampai sekarang, rasa kangen itu masih ada. Mungkin terus ada...Tak akan pernah bisa melupakan kota kecilku itu. Ingin kubangun negri-ku, kota-ku, kenangan-ku.. tapi apa daya saat ini belum memungkinkan. Karna Lapangan pekerjaan dan perekonomian di sana belum bisa membawaku kembali ke tanah kelahiran-ku.. SAWAHLUNTO. Mungkin suatu saat nanti... InsyaAllah