Ada sebuah keunikan lain saat pertama kali aku naik dan ikut dalam sebuah perjalanan mengenang sejarah bersama "MAK ITAM" si Lokomotif Uap Seri E1060 buatan Jerman pada Tahun 1965 ini. Yaitu sebuah gua atau terowongan atau Lubang Kalam yang di lalui oleh MAK ITAM dalam perjalanannya dari Sawahlunto menuju Muaro Kalaban. Dulu, waktu aku masih duduk di bangku SD hingga SMP, aku telah berulang kali pernah masuk dan melewati terowongan ini dengan berjalan kaki bersama teman-temanku. Tapi tak pernah ada keinginan untuk menggali sejarah dan cerita di balik Lobang Kalam ini.
Terowongan atau Lobang Kalam ini berjarak hampir 1 kilometer (+/- 835 meter) terletak di antara Sawahlunto dan Muarokalaban. Dibangun sekitar tahun 1892-1894, terowongan ini menembus bukit berbatu cadas. Dalam sejarah yang aku dapat dari cerita masyarakat Sawahlunto ini, tidak sedikit jumlah tenaga kerja paksa dari pribumi dikerahkan oleh pemerintah Hindia Belanda demi mencapai tujuan agar dapat mengakut batubara sebanyak-banyaknya dari hasil ekploitasi di bumi Sawahlunto dan kemudian diperdagangkan dipasaran dunia.
Hingga kini, Lobang Kalam yang telah menelan banyak nyawa orang rantai, masih tetap berdiri kokoh dan dilintasi kereta api wisata Padang-Pariaman-Padangpanjang-Sawahlunto setiap hari minggu. Dan nuansa masa lalu akan lebih terasa jika anda melintasi Lobang Kalam ini dengan menaiki kereta api yang ditarik lokomotif uap ‘Mak Itam’. Koleksi foto untuk pembangunan Lobang Kalam ini, bisa anda nikmati di Museum Goedang Ransoem dan InfoBox Kota Sawahlunto.
Mari datang dan nikmati petualang mengasikkan bersama Mak Itam di Kota Sawahlunto. Cendana Homestay akan dengan senang hati melayani dan mananti Anda atang berkunjung..