Sawahlunto,
Rabu, 23 April 2008
Lobang Mbah Soero yang terletak di Kelurahan Tanah Lapang Kecamatan Lembah Segar Kota Sawahlunto akan diresmikan Menteri Pariwisata dan Kebudayaan RI sebagai objek wisata sejarah dan budaya. Dalam acara ini, Sanggar Tari Parmato Hitam yang merupakan Duta Pariwisata dan Budaya Kota Sawahlunto juga akan ikut memeriahkan acara dengan menampilkan beberapa tarian dan alunan musik tradisional. Parmato Hitam akan menampilkan berbagai kesenian tradisional dari berbagai etnis yang ada di Kota Arang ini. "Ini adalah bukti pada dunia, bahwa Kota Sawahlunto adalah kota yang dihuni oleh masyarakat multi etnis yang hidup berdampingan dengan damai dan kekeluargaaan" demikian disampaikan Walikota Sawahlunto, Ir H Amran Nur didampingi Kepala Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto, Tun Huseno.
Dalam perjalan sejarahnya, Letak Lubang Soero sangat berdekatan dengan Batang Lunto yang membawa dampak buruk bagi lingkungan dan tambang itu sendiri. Artinya, lubang yang sudah digali dengan susah payah dan sangat dalam tersebut dulunya sempat di tutup karena dirembesi air yag berasal dari resapan Batang Lunto.
Akibatnya pada tahun 1932 pembangan di Lubang Soero ini terpaksa dihentikan. Pada sejumlah titik di Lubang Soero tersebut terpaksa ditutup kembali demi menghindari bahaya yang lebih besar. Penutupan lubang ini dilakukan dengan dinding beton. Walau sudah sempat ditutup, namun setelah kemerdekaan Lobang Tambang Mbah Soero kembali dibuka sebagian untuk melakukan penyelidikan. Namun, kondisi yang sama di tahun 1932 kembali ditemui. Artinya, penambangan tetap tak bisa dilakukan karena tertutup oleh rembesan air Batang Lunto.
Siapa itu Mbah Soero..??
Mbah Soero sendiri dikenal sebagai mandor sangat dekat dengan para orang rantai dan masyarakat, beliau juga dikenal memiliki ilmu kebathinan yang tinggi. Karena kemampuan bergaul dan ilmu yang tinggi ini pupalah akhirnya Mbah Soero menjadi panutan masyarakat. Mbah Suro ini memilki 5 orang anak dengan 13 orang cucu. Sementara isteri beliau seorang dukun beranak. Mbah Suro meninggal dunia sebelum tahun 1930 dan dimakamkan di pemakaman Orang rantai, Tanjung Sari, Kota Sawahlunto.
Dibukanya Kembali Lobang Soero
Dalam perjalannya sebagian pihak menyebut tambang terbuka pertama kali ini dengan nama ‘Lubang Segar’, karna lubang ini berada di wilayah Lembah Segar. Namun, dari beberapa nama yang paling populer di hati masyarakat Sawahlunto adalah Lobang Tambang Mbah Soero.
Bila kita melihat sejarah pembuatan dan dilematika penambangan ini sangatlah tinggi. Mulai dari sejarahnya, kisahnya dan cerita orang rantai tak bisa lepas dari Lobang Soero ini. Sejalan dengan visi kota Sawahlunto yaitu Kota Wisata Tambang yang berbudaya maka, Pemko Sawalunto di bawah kepemimpina Amran Nur berinisiatif membuka kembali saksi sejarah tersebut.
Setelah melakukan berbagai kajian terutama aspek lingkungan, Pemerintah Kota Sawahlunto bekerjasama dengan berbagai pihak terkait melakukan serangkaian kegiatan studi untuk melakukan konservasi dan revitaslisasi Lobang Tambang Mbah Soero. Alhamdulillah niat baik putra Talawi ini terwujud dan Lubang Soero yang dibangun dua abad yang lalu tersebut kembali dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Dan bila masyarakat ingin menikmati wisata petualang tambang maka silahkan datang dan nikmati sendiri di Lubang Soero tersebut. ”Sawahlunto ini sebetulnya daerah yang kaya. Jadi tak benar Sawahlunto telah usai begitu deposit batu bara tak lagi bisa ditambang secara massal. Buktinya, bekas pertambangan batu bara tersebut justru bisa kita manfaatkan untuk asset pariwisata”, ujar Amran Nur.
**Diambil dari berbagai macam sumber
Rabu, 23 April 2008
Lobang Mbah Soero yang terletak di Kelurahan Tanah Lapang Kecamatan Lembah Segar Kota Sawahlunto akan diresmikan Menteri Pariwisata dan Kebudayaan RI sebagai objek wisata sejarah dan budaya. Dalam acara ini, Sanggar Tari Parmato Hitam yang merupakan Duta Pariwisata dan Budaya Kota Sawahlunto juga akan ikut memeriahkan acara dengan menampilkan beberapa tarian dan alunan musik tradisional. Parmato Hitam akan menampilkan berbagai kesenian tradisional dari berbagai etnis yang ada di Kota Arang ini. "Ini adalah bukti pada dunia, bahwa Kota Sawahlunto adalah kota yang dihuni oleh masyarakat multi etnis yang hidup berdampingan dengan damai dan kekeluargaaan" demikian disampaikan Walikota Sawahlunto, Ir H Amran Nur didampingi Kepala Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto, Tun Huseno.
Lubang Soero ini merupakan lorong di bawah tanah atau di bawah perkampungan penduduk yang memiliki lorong-lorong yang panjang. Lorong ini diawali dari Kelurahan Tanah Lapang hingga ke kantor DPRD. Artinya, lorong Lubang Mbah Soero ini mencapai 1,5 km dengan kemiringan hampir 20 derajat. Penambangan di lubang Soero ini merupakan titik awal penambangan terbuka di kota Sawahlunto. Pembukaaan Lubang Soero dilakukan sejak tahun 1891 sedangkan proses pembangunannya dilakukan pada tahun 1898. Tak jauh berbeda dengan areal tambang lainnya, di Lubang Soero juga diperkejakan orang-orang hukuman yang dikenal dengan ‘orang rantai’.
Dalam perjalan sejarahnya, Letak Lubang Soero sangat berdekatan dengan Batang Lunto yang membawa dampak buruk bagi lingkungan dan tambang itu sendiri. Artinya, lubang yang sudah digali dengan susah payah dan sangat dalam tersebut dulunya sempat di tutup karena dirembesi air yag berasal dari resapan Batang Lunto.
Akibatnya pada tahun 1932 pembangan di Lubang Soero ini terpaksa dihentikan. Pada sejumlah titik di Lubang Soero tersebut terpaksa ditutup kembali demi menghindari bahaya yang lebih besar. Penutupan lubang ini dilakukan dengan dinding beton. Walau sudah sempat ditutup, namun setelah kemerdekaan Lobang Tambang Mbah Soero kembali dibuka sebagian untuk melakukan penyelidikan. Namun, kondisi yang sama di tahun 1932 kembali ditemui. Artinya, penambangan tetap tak bisa dilakukan karena tertutup oleh rembesan air Batang Lunto.
Siapa itu Mbah Soero..??
Mbah Soero sendiri dikenal sebagai mandor sangat dekat dengan para orang rantai dan masyarakat, beliau juga dikenal memiliki ilmu kebathinan yang tinggi. Karena kemampuan bergaul dan ilmu yang tinggi ini pupalah akhirnya Mbah Soero menjadi panutan masyarakat. Mbah Suro ini memilki 5 orang anak dengan 13 orang cucu. Sementara isteri beliau seorang dukun beranak. Mbah Suro meninggal dunia sebelum tahun 1930 dan dimakamkan di pemakaman Orang rantai, Tanjung Sari, Kota Sawahlunto.
Dibukanya Kembali Lobang Soero
Dalam perjalannya sebagian pihak menyebut tambang terbuka pertama kali ini dengan nama ‘Lubang Segar’, karna lubang ini berada di wilayah Lembah Segar. Namun, dari beberapa nama yang paling populer di hati masyarakat Sawahlunto adalah Lobang Tambang Mbah Soero.
Bila kita melihat sejarah pembuatan dan dilematika penambangan ini sangatlah tinggi. Mulai dari sejarahnya, kisahnya dan cerita orang rantai tak bisa lepas dari Lobang Soero ini. Sejalan dengan visi kota Sawahlunto yaitu Kota Wisata Tambang yang berbudaya maka, Pemko Sawalunto di bawah kepemimpina Amran Nur berinisiatif membuka kembali saksi sejarah tersebut.
Setelah melakukan berbagai kajian terutama aspek lingkungan, Pemerintah Kota Sawahlunto bekerjasama dengan berbagai pihak terkait melakukan serangkaian kegiatan studi untuk melakukan konservasi dan revitaslisasi Lobang Tambang Mbah Soero. Alhamdulillah niat baik putra Talawi ini terwujud dan Lubang Soero yang dibangun dua abad yang lalu tersebut kembali dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Dan bila masyarakat ingin menikmati wisata petualang tambang maka silahkan datang dan nikmati sendiri di Lubang Soero tersebut. ”Sawahlunto ini sebetulnya daerah yang kaya. Jadi tak benar Sawahlunto telah usai begitu deposit batu bara tak lagi bisa ditambang secara massal. Buktinya, bekas pertambangan batu bara tersebut justru bisa kita manfaatkan untuk asset pariwisata”, ujar Amran Nur.
**Diambil dari berbagai macam sumber