Sawahlunto adalah satu kota kecil di Indonesia yang terletak dilingkungan Bukit Barisan Sumatra Barat. Pada 1858, De Groet meyakini bahwa kawasan di sekitar sungai Ombilin memiliki kandungan kandungan batu bara. Sinyalemen De Groet itu kemudian ditindaklanjuti oleh Ir Willem Hendrik De Greve pada 1867. Penyelidikan yang lebih saksama oleh Ir Verbeck menghasilkan temuan yang mengejutkan. Ditengarai kawasan tersebut mengandung batu bara dengan kisaran mencapai puluhan juta ton.(makasih ya Meneer..!! ).
Dengan ditemukan tambang tersebut, penduduk setempat mulai bekerja dan mencari nafkah di sana. Tapi karna berat dan susahnya bekerja di daerah tambang, mereka banyak yang melarikan diri. Akhirnya, didatangkanlah para pekerja dari berbagai daerah di seluruh nusantara. Dan pekerja terbanyak adalah dari Pulau Jawa. Mereka dipekerjakan dengan paksa oleh pemerintah Belanda. Kaki mereka diikat dengan rantai, mereka dicambuk dan disiksa jika tidak bekerja. Karena itulah istilah "Orang Rantai" begitu kuat melekat pada mereka "si-pejuang bangsa" yang bekerja di tambang batubara tersebut. Dibawah siksaan dan penderitaan mereka bekerja demi nusa dan bangsa dikemudian hari.
Pada 1887, Belanda membangun Proyek Tiga Serangkai, yakni Tambang Batubara Ombilin, jalur KA, dan pelabuhan Teluk Bayur. Pemerintah Hindia Belanda menanamkan investasi sebesar 5,5 juta gulden untuk membangun fasilitas pengusahaan tambang batu bara ombilin seperti pelabuhan Teluk Bayur dan kereta api.
Pada tahun 1892, dimulailah produksi pertama dari tambang batubara ini. Sampai beberapa tahun lamanya, perekonomian Kota Sawahlunto praktis bergantung pada sektor pertambangan ini. Areal penambangan batu bara di Kota Tambang ini mencapai lebih kurang 16.000 hektar, yang tersebar di Kecamatan Talawi. Dan Ombilin inilah satu-satunya tambang batubara di Indonesia yang memiliki tambang dalam (masuk ke perut bumi).
Tahun 1893, Pemerintah Hindia Belanda menyelesaikan pembangunan Pelabuhan Teluk Bayur. Sedangkan jalan kereta api yang menghubungkan Teluk Bayur-Sawahlunto melewati Kota Padangpanjang selesai dibangun pada 1893.
Tahun 1893, Pemerintah Hindia Belanda menyelesaikan pembangunan Pelabuhan Teluk Bayur. Sedangkan jalan kereta api yang menghubungkan Teluk Bayur-Sawahlunto melewati Kota Padangpanjang selesai dibangun pada 1893.
Kronologis pembangunan jalur kereta aip Teluk Bayur-Sawahlunto: 1. Jalur KA pertama dilakukan dari Pulau Air (Padang) ke Padang Panjang (71 km) selesai 12 Juli 1891.
2. Dari Padang Panjang - Bukittinggi (19 km) selesai November 1891.
3. Dari Padang Panjang - Solok ( 53 km) selesai Juli 1892.
4. Solok - Muara Kalaban (23 km) dan Padang - Teluk Bayur (7 km) selesai Oktober 1892.
5. Yang terakhir ialah Muara Kalaban ke Sawahlunto (2 km) yang harus menembus sebuah bukit dengan membuat terowongan sepanjang 835 meter yang selesai Januari 1894. Terowongan ini (Lubang Kalam) dikerjakan oleh orang-orang rantai tadi.
Cuplikan :
Sastrawan dan ulama dari Sumatera Barat, HAMKA, mengabadikan derita OMBILIN dalam sepucuk syair: "Ombilin, kemana engkau/ berbelok berbilin-bilin/Telah banyak masa berganti/... kekayaan bagi ‘rang lain/ kami tinggal dalam melarat."
*Disadur dari berbagai sumber