Friday, August 3, 2007

Sawahlunto adalah satu kota kecil di Indonesia yang terletak dilingkungan Bukit Barisan Sumatra Barat. Pada 1858, De Groet meyakini bahwa kawasan di sekitar sungai Ombilin memiliki kandungan kandungan batu bara. Sinyalemen De Groet itu kemudian ditindaklanjuti oleh Ir Willem Hendrik De Greve pada 1867. Penyelidikan yang lebih saksama oleh Ir Verbeck menghasilkan temuan yang mengejutkan. Ditengarai kawasan tersebut mengandung batu bara dengan kisaran mencapai puluhan juta ton.(makasih ya Meneer..!! ).



Dengan ditemukan tambang tersebut, penduduk setempat mulai bekerja dan mencari nafkah di sana. Tapi karna berat dan susahnya bekerja di daerah tambang, mereka banyak yang melarikan diri. Akhirnya, didatangkanlah para pekerja dari berbagai daerah di seluruh nusantara. Dan pekerja terbanyak adalah dari Pulau Jawa. Mereka dipekerjakan dengan paksa oleh pemerintah Belanda. Kaki mereka diikat dengan rantai, mereka dicambuk dan disiksa jika tidak bekerja. Karena itulah istilah "Orang Rantai" begitu kuat melekat pada mereka "si-pejuang bangsa" yang bekerja di tambang batubara tersebut. Dibawah siksaan dan penderitaan mereka bekerja demi nusa dan bangsa dikemudian hari.



Pada 1887, Belanda membangun Proyek Tiga Serangkai, yakni Tambang Batubara Ombilin, jalur KA, dan pelabuhan Teluk Bayur. Pemerintah Hindia Belanda menanamkan investasi sebesar 5,5 juta gulden untuk membangun fasilitas pengusahaan tambang batu bara ombilin seperti pelabuhan Teluk Bayur dan kereta api.

Pada tahun 1892, dimulailah produksi pertama dari tambang batubara ini. Sampai beberapa tahun lamanya, perekonomian Kota Sawahlunto praktis bergantung pada sektor pertambangan ini. Areal penambangan batu bara di Kota Tambang ini mencapai lebih kurang 16.000 hektar, yang tersebar di Kecamatan Talawi. Dan Ombilin inilah satu-satunya tambang batubara di Indonesia yang memiliki tambang dalam (masuk ke perut bumi).

Tahun 1893, Pemerintah Hindia Belanda menyelesaikan pembangunan Pelabuhan Teluk Bayur. Sedangkan jalan kereta api yang menghubungkan Teluk Bayur-Sawahlunto melewati Kota Padangpanjang selesai dibangun pada 1893.

Kronologis pembangunan jalur kereta aip Teluk Bayur-Sawahlunto: 1. Jalur KA pertama dilakukan dari Pulau Air (Padang) ke Padang Panjang (71 km) selesai 12 Juli 1891.
2. Dari Padang Panjang - Bukittinggi (19 km) selesai November 1891.
3. Dari Padang Panjang - Solok ( 53 km) selesai Juli 1892.
4. Solok - Muara Kalaban (23 km) dan Padang - Teluk Bayur (7 km) selesai Oktober 1892.
5. Yang terakhir ialah Muara Kalaban ke Sawahlunto (2 km) yang harus menembus sebuah bukit dengan membuat terowongan sepanjang 835 meter yang selesai Januari 1894. Terowongan ini (Lubang Kalam) dikerjakan oleh orang-orang rantai tadi.


Cuplikan :
Sastrawan dan ulama dari Sumatera Barat, HAMKA, mengabadikan derita OMBILIN dalam sepucuk syair: "
Ombilin, kemana engkau/ berbelok berbilin-bilin/Telah banyak masa berganti/... kekayaan bagi ‘rang lain/ kami tinggal dalam melarat."



*Disadur dari berbagai sumber

Wednesday, August 1, 2007

T : “Asalnya dari mana mas..??”
J : “Sawahlunto“
T : “Dimana tuh..?”
J : “3 Jam dari Padang”
T : “Oooo… gitu ya..?”





Mungkin begitu kutipan tanya jawab yang pernah aku temui beberapa tahun yang lalu. Begitu banyak orang yang tak tau dimana itu Sawahlunto. Tapi dengan bangga aku menyatakan bahwa aku terlahir di sana. Bukan di Padang,.. sebagaimana banyaknya orang rantau bilang kalo ditanya asal kotanya. Sawahlunto adalah Sawahlunto...! Bukan Padang...!!

Banyak kenangan indah di Sawahlunto, walau aku hanya tinggal selama 15 tahun disana. Ragam budaya yang ada membuat begitu maraknya kehidupan bermasyarakat di kotaku. Apalagi dulu waktu jaman Ombilin masih jaya,.. kota ku itu disebut “Hongkong Diwaktu Malam”. Karna di malam hari, jika kita melihat kota Sawahlunto dari puncak Polan atau puncak Mato Aia… maka kota ”Kuali” itu memang terlihat begitu indah dengan lampu2 kota. Mirip deh seperti Hongkong.. hehehehe. :)

Sejak “mati”nya Ombilin, kotaku jadi suram. Sepi.. Sunyi.. Perekonomian pemerintah kota sedikit porak poranda. Dan itu berlangsung cukup lama. Sampai datang walikota baru, Bpk. H. Ir. Amran Nur (Maaf jika salah…), kotaku mulai berubah. Setelah hampir 4 tahun tak pernah pulang kampung, tahun 2006 lalu akhirnya aku mudik. Dan aku cukup kagum dengan kemajuan kota-ku saat ini. Banyak pembangunan yang mulai dijalankan oleh "Sang Pemimpin". Sudah ada jalan baru di dekat Mesjid Agung - melewati sungai batang lunto, pasar, terminal kereta api dan tembus ke bangunan BDN lama (Red: sekarang Bank Mandiri). Ada juga perubahan taman kota Lapangan Segitiga yang sudah mulai ramai oleh anak2 muda. Sebagai tempat ngumpul dan kongkow bersama teman-temannya. Sudah ada lapangan pacuan kuda yang katanya sudah bertaraf Internasional. Dan bahkan, sekarang sudah ada Water Boom di pemandian Air Dingin Muaro Kalaban. Dan gosipnya, itu adalah satu-satunya waterboom di Sumatera Barat atau mungkin di Sumatra..!! (percaya/tidak). Kotaku kini mulai menggeliat, mencoba bangun dari tidurnya.

Dengan tujuan menjadi Kota Wisata Tambang yang Berbudaya, Sawahlunto kembali berada di jalurnya untuk mewujudkan Kota Idaman.  Melalui tulisan ini, aku mengucapkan Terimakasih kepada Pemimpin & Staff Pemkot Sawahlunto. Dipundakmu kutitipkan kemajuan untuk negriku dan juga masyarakatnya. Bangkitkan kembali kota Sawahlunto-ku. Hidupkan kembali "Hongkong di waktu malam-ku". Hidupkan kembali perekonomian kota-ku, agar rakyat-mu makmur sentosa. Amin. Selamat Berjuang ... Mudah-mudahan saya bisa membantu