Friday, December 28, 2007

Tahun 1918 Sawahlunto dikategorikan sebagai Gemeentelijk Ressort atau Gemeente dengan luas wilayah 778 ha. Hal ini karena ada kaitannya dengan puncak keberhasilan kegiatan pertambangan yang dilakukan di daerah tersebut. Pada tahun 1930 wilayah ini berpenduduk 43576 jiwa, diantaranya 564 jiwa adalah orang belanda (Eropa). Walaupun demikian Sawahlunto belum sempat menjadi Stadsgemeente, yang penyelenggaraan kotanya dilakukan oleh stadsgemeenteraad (DPRD) dan Burgemeester (Walikota).

Sejak tahun 1940 sampai dengan akhir tahun 70-an produksi batubara ombilin merosot, kembali hanya puluhan ribu ton pertahun. Sawahlunto pun mengalami kemerosotan yang diindikasikan dari merosotnya jumlah penduduk menjadi hanya 13.561 jiwa pada sensus tahun 1980. Dengan menambah beberapa fasilitas, perubahan manajemen dan penerapan teknologi baru, usaha penambangan meningkat kembali sejak awal tahun 80-an, bahkan produknya terus meningkat melampaui 1 juta ton pertahun pada akhir tahun 90-an. Penduduk Sawahlunto juga meningkat menjadi 15.279 menurut sensus tahun 1990, walaupun demikian laju pertumbuhan penduduk yang hanya 1,2% pertahun ini masih dibawah rata-rata laju pertumbuhan penduduk Sumatera Barat yang mencapai 1,62% dan tidak tampak mempunyai korelasi dengan peningkatan produksi batubara.

Kemudian pada tanggal 10 Maret 1949 diadakan rapat dengan hasilnya Daerah Afdeeling Solok tersebut di bagi atas Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan Kabupaten Solok, maka Pemerintahan Stad Gemeente Sawahlunto di rangkap oleh Bupati Sawahlunto/Sijunjung. Dalam kurun waktu 1949 - 1965 terjadi perubahan status dari berdiri sendiri atau di bawah Pemerintah Sawahlunto/Sijunjung. Selanjutnya dengan Undang-undang Nomor 18 tahun 1965 statusnya berubah menjadi Daerah Tingkat II dengan sebutan Kotamadya Sawahlunto
berkepala Perintahnya sendiri di bawah Walikota AKHMAD NOERDIN, SH terhitung mulai tanggal 11 Juni 1965 yang dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 8 Maret 1965 Nomor 1965 Nomor Up. 15/2/13-227 di tunjuk sebagai Pejabat Walikota Kepala Daerah Sawahlunto.

Tahun 1990 wilayah admnistrasi Sawahlunto diperluas dari hanya 779 ha menjadi 27.344 ha yang membawa konsekuensi jumlah penduduknya meningkat. Berdasarkan hasil survey penduduk antar sensus 1995, penduduk Sawahlunto menjadi 55.090 jiwa. Pada sensus tahun 2000 tersebut tercatat jumlah penduduk 50.668 jiwa, artinya selama lima tahun telah terjadi penurunan 8%. Penurunan jumlah ini disebabkan karena sebagaian perumahan pegawai Unit Pertambangan Ombilin (UPO) dipindahkan keluar daerah kota Sawahlunto.

Urutan Walikota yang memimpin Kota Sawahlunto sejak pertama Berdiri sampai sekarang sebagai berikut :
1.      ACHMAD NURDIN, SH  ( Masa Jabatan Walikota 1965 s/d 1971 )
2.      Drs. SHAIMOERY, SH  ( Masa Jabatan Walikota 1971 s/d 1983 )
3.      Drs. NURAFLIS SALAM  ( Masa Jabatan Walikota 1983 s/d 1988 )
4.      Drs. H. RAHMATSJAH  ( Masa Jabatan Walikota 1988 s/d 1993 )
5.      Drs. H. SUBARI SUKARDI ( Masa Jabatan Walikota 1993 s/d 1998 dan
        1998 s/d 2003 )
6.      Ir. H. AMRAN NUR  ( Masa Jabatan Walikota 2003 S/D 2008 )
        dan H. FAUZI HASAN    ( Masa Jabatan Wakil Walikota 2003 S/D 2008 )

Dan ditangan Bpk. Ir. H. AMRAN NUR, perubahan kota Sawahlunto begitu pesat. Pembangunan sektor pariwisata guna meningkatkan perekonomian masyarakat setempat mulai di gerakkan.  Dengan  membawa misi KOTA WISATA TAMBANG YANG BERBUDAYA 2020, Ir. H. AMRAN NUR sudah mulai melangkah. Pembangunan tempat wisata secara otomatis membangkitkan perekonomian daerah dan juga masyarakat sekitarnya. Belum lagi ditambah dengan pemberian bibit coklat dan tanaman lain, bantuan sapi untuk bagi masyarakat yang mau bertani dan beternak. Salut untuk "Sang Pemimpin"... saya bangga memiliki pemimpin seperti anda. Perjuanganmu tetap kudukung.. demi memajukan Sawahlunto-ku.. Terima kasih.

Friday, August 3, 2007

Sawahlunto adalah satu kota kecil di Indonesia yang terletak dilingkungan Bukit Barisan Sumatra Barat. Pada 1858, De Groet meyakini bahwa kawasan di sekitar sungai Ombilin memiliki kandungan kandungan batu bara. Sinyalemen De Groet itu kemudian ditindaklanjuti oleh Ir Willem Hendrik De Greve pada 1867. Penyelidikan yang lebih saksama oleh Ir Verbeck menghasilkan temuan yang mengejutkan. Ditengarai kawasan tersebut mengandung batu bara dengan kisaran mencapai puluhan juta ton.(makasih ya Meneer..!! ).



Dengan ditemukan tambang tersebut, penduduk setempat mulai bekerja dan mencari nafkah di sana. Tapi karna berat dan susahnya bekerja di daerah tambang, mereka banyak yang melarikan diri. Akhirnya, didatangkanlah para pekerja dari berbagai daerah di seluruh nusantara. Dan pekerja terbanyak adalah dari Pulau Jawa. Mereka dipekerjakan dengan paksa oleh pemerintah Belanda. Kaki mereka diikat dengan rantai, mereka dicambuk dan disiksa jika tidak bekerja. Karena itulah istilah "Orang Rantai" begitu kuat melekat pada mereka "si-pejuang bangsa" yang bekerja di tambang batubara tersebut. Dibawah siksaan dan penderitaan mereka bekerja demi nusa dan bangsa dikemudian hari.



Pada 1887, Belanda membangun Proyek Tiga Serangkai, yakni Tambang Batubara Ombilin, jalur KA, dan pelabuhan Teluk Bayur. Pemerintah Hindia Belanda menanamkan investasi sebesar 5,5 juta gulden untuk membangun fasilitas pengusahaan tambang batu bara ombilin seperti pelabuhan Teluk Bayur dan kereta api.

Pada tahun 1892, dimulailah produksi pertama dari tambang batubara ini. Sampai beberapa tahun lamanya, perekonomian Kota Sawahlunto praktis bergantung pada sektor pertambangan ini. Areal penambangan batu bara di Kota Tambang ini mencapai lebih kurang 16.000 hektar, yang tersebar di Kecamatan Talawi. Dan Ombilin inilah satu-satunya tambang batubara di Indonesia yang memiliki tambang dalam (masuk ke perut bumi).

Tahun 1893, Pemerintah Hindia Belanda menyelesaikan pembangunan Pelabuhan Teluk Bayur. Sedangkan jalan kereta api yang menghubungkan Teluk Bayur-Sawahlunto melewati Kota Padangpanjang selesai dibangun pada 1893.

Kronologis pembangunan jalur kereta aip Teluk Bayur-Sawahlunto: 1. Jalur KA pertama dilakukan dari Pulau Air (Padang) ke Padang Panjang (71 km) selesai 12 Juli 1891.
2. Dari Padang Panjang - Bukittinggi (19 km) selesai November 1891.
3. Dari Padang Panjang - Solok ( 53 km) selesai Juli 1892.
4. Solok - Muara Kalaban (23 km) dan Padang - Teluk Bayur (7 km) selesai Oktober 1892.
5. Yang terakhir ialah Muara Kalaban ke Sawahlunto (2 km) yang harus menembus sebuah bukit dengan membuat terowongan sepanjang 835 meter yang selesai Januari 1894. Terowongan ini (Lubang Kalam) dikerjakan oleh orang-orang rantai tadi.


Cuplikan :
Sastrawan dan ulama dari Sumatera Barat, HAMKA, mengabadikan derita OMBILIN dalam sepucuk syair: "
Ombilin, kemana engkau/ berbelok berbilin-bilin/Telah banyak masa berganti/... kekayaan bagi ‘rang lain/ kami tinggal dalam melarat."



*Disadur dari berbagai sumber

Wednesday, August 1, 2007

T : “Asalnya dari mana mas..??”
J : “Sawahlunto“
T : “Dimana tuh..?”
J : “3 Jam dari Padang”
T : “Oooo… gitu ya..?”





Mungkin begitu kutipan tanya jawab yang pernah aku temui beberapa tahun yang lalu. Begitu banyak orang yang tak tau dimana itu Sawahlunto. Tapi dengan bangga aku menyatakan bahwa aku terlahir di sana. Bukan di Padang,.. sebagaimana banyaknya orang rantau bilang kalo ditanya asal kotanya. Sawahlunto adalah Sawahlunto...! Bukan Padang...!!

Banyak kenangan indah di Sawahlunto, walau aku hanya tinggal selama 15 tahun disana. Ragam budaya yang ada membuat begitu maraknya kehidupan bermasyarakat di kotaku. Apalagi dulu waktu jaman Ombilin masih jaya,.. kota ku itu disebut “Hongkong Diwaktu Malam”. Karna di malam hari, jika kita melihat kota Sawahlunto dari puncak Polan atau puncak Mato Aia… maka kota ”Kuali” itu memang terlihat begitu indah dengan lampu2 kota. Mirip deh seperti Hongkong.. hehehehe. :)

Sejak “mati”nya Ombilin, kotaku jadi suram. Sepi.. Sunyi.. Perekonomian pemerintah kota sedikit porak poranda. Dan itu berlangsung cukup lama. Sampai datang walikota baru, Bpk. H. Ir. Amran Nur (Maaf jika salah…), kotaku mulai berubah. Setelah hampir 4 tahun tak pernah pulang kampung, tahun 2006 lalu akhirnya aku mudik. Dan aku cukup kagum dengan kemajuan kota-ku saat ini. Banyak pembangunan yang mulai dijalankan oleh "Sang Pemimpin". Sudah ada jalan baru di dekat Mesjid Agung - melewati sungai batang lunto, pasar, terminal kereta api dan tembus ke bangunan BDN lama (Red: sekarang Bank Mandiri). Ada juga perubahan taman kota Lapangan Segitiga yang sudah mulai ramai oleh anak2 muda. Sebagai tempat ngumpul dan kongkow bersama teman-temannya. Sudah ada lapangan pacuan kuda yang katanya sudah bertaraf Internasional. Dan bahkan, sekarang sudah ada Water Boom di pemandian Air Dingin Muaro Kalaban. Dan gosipnya, itu adalah satu-satunya waterboom di Sumatera Barat atau mungkin di Sumatra..!! (percaya/tidak). Kotaku kini mulai menggeliat, mencoba bangun dari tidurnya.

Dengan tujuan menjadi Kota Wisata Tambang yang Berbudaya, Sawahlunto kembali berada di jalurnya untuk mewujudkan Kota Idaman.  Melalui tulisan ini, aku mengucapkan Terimakasih kepada Pemimpin & Staff Pemkot Sawahlunto. Dipundakmu kutitipkan kemajuan untuk negriku dan juga masyarakatnya. Bangkitkan kembali kota Sawahlunto-ku. Hidupkan kembali "Hongkong di waktu malam-ku". Hidupkan kembali perekonomian kota-ku, agar rakyat-mu makmur sentosa. Amin. Selamat Berjuang ... Mudah-mudahan saya bisa membantu

Monday, July 30, 2007

Saat sedang browsing internet, aku melihat sebuah sudut kota kecil yang sangat aku rindukan,... SAWAHLUNTO. Sebuah kota kecil dimana asal usulku dimulai... dimana banyak kenangan indah tersimpan di sana... Aku ingin sedikit bercerita tentang kota kelahiranku.. tempat dimana aku menemukan kasih sayang dan kebersamaan dalam hidup bermasyarakat.



Aku lahir di Sawahlunto, pada tahun 1977. Dari pasangan Edy Warno  Kamsri Benty. Yang kuingat dimasa kecil ku itu, kota
Sawahlunto tidaklah begitu ramai. Orang yang punya "tipi" (TV) aja jarang banget...!!, apalagi yang punya motor.. hihihi... . Mungkin saat itu, memiliki TV adalah simbol kemakmuran seseorang. (Hehehe... kasian banget ya..?  ). Tapi saat aku beranjak SD, aku mengenal istilah "SAWAHLUNTO - Kota Hongkong Diwaktu Malam". Weiss..., keren banget ya julukan kota-ku..! Kayak yang gemanaaaa geto..! Tapi memang begitulah julukan kota Sawahlunto saat itu. Kalau malam telah tiba, lampu kota dan lampu jalan menyala terang benderang dan membuat suasana kota sangatlah indah bermandikan cahaya . Hmmm... kangennya aku dengan suasana itu... Dan jika dilihat dari ketinggian, maka gemerlap cahayanya sangat mirip seperti Hongkong di waktu malam.. (padahal sampe detik ini pun aku belum pernah ke Hongkong.. hehehe..)

Kota-ku (maksudnya kota kelahiran-ku.. hehehe.. ) dikelilingi oleh bukit. Ada puncak "Mato Aia" (mata air), ada puncak Polan (yang konon diambil dari nama negara seorang pastor (Polandia) yang hilang di puncak tersebut karna dibawa oleh mahluk halus - orang bunian). Dulu, kedua bukit inilah tempat aku dan teman-temanku camping/berkemah. Dari puncak ini, aku dapat menyaksikan "Hongkong diwaktu malam" itu. Memang,..begitu indah..!!!

Sawahlunto berada +/- 110 KM dari kota Padang. Jika menempuh jalan darat (Lha,.. memang cuma ada jalan darat untuk menuju kota ini kok.. hehehe ), maka Padang-Sawahlunto +/- 2,5 Jam kearah Sijunjung. Sampai di Muaro Kalaban, belok ke kiri menuju Sawahlunto. Sebelum sampai ke kota, kita akan menikmati jalan yang berbelok-belok (waktu aku kecil, aku sering muntah kalo melewati jalan ini), dan di sisi kiri jalan kita akan melihat pemandangan indah perbukitan khas Sawahlunto. (Hiks.. kangennya aku dengan kota ini ...).


Kotaku sangatlah kecil, tapi wilayahnya cukup luas. Karna struktur geografis kota Sawahlunto yang berbukit, maka kota-kota kecil tersebar dan berpencar terhalang bukit. Di kota-ku, banyak ragam budaya disana. Walau mayoritasnya diisi oleh jawa dan keturunan. Mungkin 50% penduduk Sawahlunto adalah suku Jawa dan keturunannya, dan beberapa % ber-suku Minang, Batak, Aceh, Sunda, dll. Jadi sangat wajar, jika Sawahlunto juga dikenal dengan istilah kota Multikultural or Multietnik. Kota yang penduduk terdiri dari berbagai macam suku dan golongan. Itulah yang membuat Sawahlunto menjadi kota yang unik di mataku.... Belum lagi bangunan-bangunan tua khas arsitektur Belanda. Sekolah TK ku-Santa Lucia, adalah sekolah dengan bangunan peninggalan Belanda. Bersebelahan dengan Gereja yang juga khas peninggalan Belanda. Disebelahnya  lagi ada gedung koperasi Ombilin, juga bangunan Belanda. Bank Mandiri sekarang, juga Bangunan Belanda. Dan yang paling besar adalah Gedung Kantor PT BA Ombilin  yang berdiri kokoh dan gagah melambangkan kentalnya kekuasaan Belanda di sana.

Hmm... Sampai sekarang, rasa kangen itu masih ada. Mungkin terus ada...Tak akan pernah bisa melupakan kota kecilku itu. Ingin kubangun negri-ku, kota-ku, kenangan-ku.. tapi apa daya saat ini belum memungkinkan. Karna Lapangan pekerjaan dan perekonomian di sana belum bisa membawaku kembali ke tanah kelahiran-ku.. SAWAHLUNTO. Mungkin suatu saat nanti... InsyaAllah

Sunday, July 15, 2007

Sawahlunto,…
Selain dekenal sebagai Kota penghasil Batu Bara, Sawahlunto juga dikenal dengan nama Kota Multikultural atau Kota Multietnik, karena kota tua ini banyak memiliki ragam budaya dari beberapa daerah di Indonesia ini. Semenjak zaman penjajahan Belanda, Jepang dan Era Kemerdekaan Republik Indonesia, penduduk yang homogen dengan berbagai suku (Jawa, Minang, Batak, Sunda, Aceh, dll) mempunyai keunikan dan tradisi tersendiri.

Kesenian dan Kreatifitas seni tiap suku begitu menonjol di Kota ini. Sebut saja Kuda Kepang, Campur Sari, Randai, Kesenian Batak, Tarian Minang, dll begitu sering unjuk gigi dalam setiap kesempatan yang ada. Bahkan zaman dahulu… Pagelaran Wayang saja sering sekali diadakan di Kota ini. (Menurut cerita.. mbah buyutku dulu juga seorang dalang. Hahaha.. Hebat! Eh, bener gak ya..? ) Hiks.. Hiks.. tapi sayang, sekarang pagelaran wayang itu sudah tak ada lagi. Entah karna sudah tak diminati atau entah gak ada lagi orang yang sanggup menjadi Dalang?? Entahlah....

Rasa senasib dan sepenanggungan (sebagai orang rantau) membuat kehidupan bermasyarakat di kota ini begitu harmonis, saling menghargai, tolong menolong dan penuh kekeluargaan, sehingga wajar jika kota ini dijuluki “Kota Idaman”, yaitu Kota yang Indah, Damai, Aman dan nyaMAN.


Menurut orang-orang, asal nama Sawahlunto berasal dari 2 suku kata.
- Sawah, yang artinya tempat bercocok tanam, dan
- Lunto adalah sebuah nama nagari di perbatasan silungkang dan lumindai.
Dan nama nagari ini (Lunto) juga dipakai sebagai nama batang sungai (Batang Lunto) yang mengalir membelah kota Sawahlunto .
Konon,.. arti Sawahlunto adalah : Sawahnya orang Lunto,… atau
Sawah yang ada di pinggiran Batang Lunto.
Saya sendiri tak bisa membuat kesimpulannya. Bagaimana dengan anda..?? :)

Sawahlunto adalah salah satu kota dengan perekonomian yang pasang surut. Nain turun diterjang gelombang perekonomian. Pernah jaya pada masa sebelum penjajahan jepang. Kemudian redup pada masa G-30-S, saat pemain-pemain politik mengganggu aktifitas tambang. Dan Konon,.. pada masa ini pulalah, terjadi kristenisasi di kota Sawahlunto.
( Tapi saya tidak akan membahas hal ini begitu jauh.. karna AGAMA adalah hak individu ). Kemudian
Sawahlunto menggeliat lagi,.. saat OMBILIN memajukan sektor pertambangan.

Saat ini, kembali Sawahlunto berada pada level terendah. Perekonomian mati. Kota mati. Lapangan kerja Mati… Tapi harapanku… Semangatku akan tetap kujaga agar jangan pernah MATI.

Dengan berharap kepada pejabat kota,.. Mari kobarkan semangat untuk membangun Negri Tercinta. Jangan pernah Mati semangatmu… Janganlah MATI ide-ide kreatifmu.
Sawahlunto sudah terbiasa dengan pasang surut perekonomian kotanya. Dan saya sangat yakin, Sawahlunto Menggeliat dimasa yang akan datang. Dengan visi KOTA WISATA TAMBANG YANG BERBUDAYA, dimasa depan.. Sawahlunto akan jadi kota tujuan wisata orang-orang dari mancanegara. Majulah Kotaku Tercinta…!!! Dengan segenap kemampuanku,..kudukung perjuangan membangun kota kita tercinta “SAWAHLUNTO“.